Oleh:
30 Januari jam 23:14
Baru saja aku melintasi bebatuan itu
kau menatapku, sudut mata yang penuh curiga
sebab hampir koyak selangkanganku
anak-anak desa tertawa, di rumah,
ibu menangis, sebab besok mau makan apa?
sementara televisi tetap menyajikan iklan
dibalik berita-berita yang tak tentu arah
berebut payudara yang telah usang
karena semua masih minta di susui
dari desa sampai kota,
dari simiskin di kolom jembatan tanpa rumah
sampai si kuasa di istana
banjir, gunung api, gelombang, angin bernyanyi
tapi kita tetap tuli juga
sementara gedung-gedung rakyat
dipenuhi dengan kecoak
yang memang butuh racun
dan terikan anak-anak kampung yang lenyap sunyi malam
sementara gongong srigala dan anjiang liar
baru terdengar di dunia maya
menembus batas negara,
menembus batas budaya
ibu, air mata anak-anak kampung itu
sudah hampir kering,
sebab susu tidak dapat lagi terbeli
sebab tangan tidak dapat lagi bekerja
walau kami harus memilih,
tetapi kami tidak bisa sebab dunia terlalu sulit
di balik awan kebohongan
air mata itu mengalir lagi
hingga darah mengalir ke jalan-jalan
dan mengucap
hentikan kebohongan ini.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar