Pengantar Buku "Nilai-Nilai Kehidupan Masyarakat Buton: Sumbangan Kabhanti Anjonga Yinda Malusa Untuk Revolusi Mental Indonesia" Karya Dr. Ali Rosdin
Oleh:
Dr. Suryadi, MA
Universiteit
Leiden, Belanda
Untuk pertama kalinya, sebuah naskah klasik Buton yang penuh dengan
ajaran moral, keagamaan, dan sampai batas tertentu, catatan sejarah,
diterbitkan. Naskah Kabanti Ajonga Yinda
Malusa (KAYM), yang dipaparkan dalam buku ini, kini hadir di hadapan
pembaca Indonesia, khususnya masyarakat
Buton. Saya katakan demikian, karena sejauh penelusuran kepustakaan yang
saya lakukan, inilah buku yang pertama yang menyajikan alih aksara naskah KAYM
kepada pembaca modern masa kini dengan memakai pendekatan ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan, khususnya dari perspektif ilmu filologi. Hasilnya:
sepanjang 1347 canto (bait) KAYM yang
semula ditulis dalam huruf Arab-Melayu (Jawi) oleh ulama patron Istana Wolio,
Haji Abdul Ganiu, pada akhir abad 18, kini dapat dinikmati oleh pembaca masa
kini dalam versi Latin dalam Bahasa Wolio dan terjemahannya dalam Bahasa
Indonesia. Alih aksara KAYM yang terdapat dalam buku ini sendiri didasarkan
atas salinan teks ini yang dilakukan oleh mantan sekretaris Istana Buton, Abdul
Mulku Zahari, tahun 1974. Hal itu menunjukkan perjalanan sejarah panjang teks
KAYM yang, karena isinya yang penting, tampaknya terus diapresiasi secara
aktif oleh masyarakat Buton (terbukti
dengan penyalinan terhadap teks ini yang berterusan dari generasi ke generasi
di Buton) sejak ia diciptakan pada pertengahan abad ke-19.