Rabu, 27 Oktober 2010

Jejaring Pelaku Wisata Belum Terlihat

Rabu, 27 Oktober 2010 | 16:09 WIB
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta atau PASTY yang berlokasi di Dongkelan, Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogyakarta saat ini menjadi tempat tujuan wisata baru bagi wisatawan mancanegara dan domestik, sebagaimana terlihat pada Kamis (20/5/2010).
Jejaring Pelaku Wisata Belum Terlihat Rabu, 27 Oktober 2010 | 16:09 WIB KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta atau PASTY yang berlokasi di Dongkelan, Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogyakarta saat ini menjadi tempat tujuan wisata baru bagi wisatawan mancanegara dan domestik, sebagaimana terlihat pada Kamis (20/5/2010).

Pertemuan Terakhir dengan Mbah Marijan

Yogyakarta, 27 Oktober 2010

Jumat, 15 Oktober lalu, Tim Mahasiswa S3 KTL FIB Universitas Gajah Mada berkunjung ke rumah Mbah Marijan. Setelah Shalat Jumat berjamaah, di mesjid dekat rumahnya, Mbah Marijan menjelaskan tentang keyakinannya menjaga gunung Merapi.

Dalam perjalanan itu, sebelum kami menemui Mbah Marijan, kami berkeliling menyaksikan bongkahan lahar yang tidak jauh dari rumah Mbah Marijian. Bongkahan lahar letusan Merapi tahun 2006. Rupanya perjalanan itu adalah perjalan terakhir untuk bertemu Mbah Marijan. Wawancara kami lakukan, tetapi Mbah Marijan menjelaskan dengan menggunakan bahasa Jawa. dan Aku Tak mengerti.

Di ruang tamu rumahnya, ia memperlihatkan kesederhanaan hidup seorang manusia. Kepatuhan seorang hamba pada tuhannya. Mbah Marijan adalah tokoh yang perlu ditiru, karena ia tidak pernah mau lari dari tanggung jawabnya, walau ia harus berhadapan dengan fenomena alam yang belum tentu ia dapat atasi.

Keyakinannya sebagai juru kunci Merapi telah membawanya, kepada sebuah tanggung jawab yang diembannya. Manusia seperti Mbah Marijan adalah manusia langka di tengah manusia Indonesia yang banyak mementingkan diri sendiri dan terpengaruh dengan masalah kehidupan yang serba materialisme.

Mbah Marijan, kini menemui ajalnya dengan tetap bertahan di rumahnya. Ia meninggal dalam keadaan sujud berdoa memanjatkan keselamatan masyarakatnya. Pertemuan kami dengan Mbah Marijan rupanya adalah pertemuan terakhir. dan ketika aku minta izin untuk berfoto kepada Mbah Marijan, ia berkata bahwa jangan, saya bukan artis. Itulah, kenangan pertemuan terakhir kami dengan Mbah Marijan yang tidak diikuti dengan dokumentasi foto.
Selamat jalan Mbah Marijan, pengorbananmu dan kesetiaanmu telah kau torehkan ke mata dunia bahwa masih ada orang yang mau berkorban untuk orang lain.