Rabu, 26 Januari 2011

WANIANSE

Cerpen

oleh :
Sumiman Udu

Suatu pagi, di sebuah desa di Wakatobi, duduklah dua orang ibu yang sedang mencari kutu. Di sebuah gode-gode mereka mencari kutu, karena tidak tahu mau biki apa.

"Apa yang akan kita lakukan di Wakatobi?" pertanyaan itu, lahir dari seorang ibu rumah tangga, ketika ia melihat tetangganya berdiskusi untuk mendukung calon bupati. Kata tentangganya yang sedang mencari kutu, "Kita mau pilih yang mana? kalau pemilu nanti?" sambil mencari kutu tentangganya.

"Kalau saya yang ada uangnya saja," kata temannya.
"Noha'a? wanatumo? kata ibu itu.
"Toalamo alaa, kae te doe, tedawuntomo naikita misikini." kata tetangga ibu itu.

Tidak lama kemudian, datanglah salah seseorang yang tentunya salah satu anggota tim sukses. ia singgah dan duduk menghampiri, dua ibu itu. orang itu meminta air minum. dan tidak lama kemudian, lelaki itu menyapa kedua ibu itu dan berkata "I haamo? sambil memandang ke jauh ke depan.
"Mbeala'a, kokedeng-kende. ako toumpa? tanya ibu itu.

"Jari awana umpamo?" tanya lelaki itu.
"Ara ane kene doe, kimala ara mbea'e?" lanjut lelaki itu lagi.
"Tamala moha'a," jawab tetangga ibu itu.

"Ara awanatu, pili temia mo'u komiu tedoe ae!" kata lelaki itu sambil memberikan kartu nama pasangan calon bupati dan wakil bupati wakatobi. di bawah kartu nama itu, sudah diselipkan uang Rp.50.000,- dan kalau kalian pilih ini, menjelang hari H, nanti saya bawakan lagi.

Tetangga ibu itu tersenyum, sebab beberapa hari ini anaknya minta susu terus, tetapi karena tidak ada uangnya, ia hanya memberinya dengan air beras, dan kadang-kadang air putih saja. di dalam pikirannya, ia akan membelikan susu untuk anaknya, agar kelak dapat menjadi calon bupati yang kaya, banyak uang bisa membeli suara, walau kerjanya hanya merampok harta kekayaan rakyat.

sedangkan ibu tadi hanya mengambil dan terdiam, di benaknya ia berpikir, Bagaimana mungkin calon bupati ini dapat bekerja dengan baik, seandainya ia naik, kalau ia harus membeli suara rakyat dengan harga yang besar? pasti ia akan mengembalikan kerugiannya. Kasian Wakatobi". Tangisnya dalam hati.

Tidak lama kemudian, datang lagi seseorang, dan ia membawa seleberan pamilu bersih.
"I ha'amo? tanya pasangan anak muda itu.
"mbea'e, mai tulu!" jawab tetangga ibu itu, di dalam pikirannya, ini pasti uang lagi.
"Ina, ane komai akokomiu nana te nguru, "kua temia meana'e ai nokoruomo namia naumaso tetogo".

"Oaso tetogo, wanaumpa?" tanya tetangga ibu itu tidak mengerti.
"Namaraaso tesuarano, di amai cumalon bupati ana," jawab gadis cantik didekat pemuda itu.

"Jari Wa ina mai, temai akomami ana, ako kawumaa komiu kua meana'e baramo topili temia ako tebumalu te togo, toumpa sawakutuu, ako uka naumaso te togo natu.
"Toka tohoto dosamo ana." jawab ibu dan tetangganya serempak.
"Hotodosa wanaumpa?" tanya lelaki dan gadis itu.
"tadi ini ada yang datang bawa kartu nama dan kami diberi uang," jawab tentangga ibu itu.

"Begini saja wa ina mai, alaa'e la'a na doeno, temia da'o natu ara namai nabumalu'e nasuara miu atu," temia ako memaraaso tetogo.

"Jari? tanya tetangga ibu itu.
"Awa nana, ara nohu'u komi temia te doe, ako kipumili'e, ala'e alaa na doeno, toka narato napili'a bara dipili'e.

lalu kedua pasangan pemuda pemudi itu memberikan kerja yang bertuliskan, "PEMILIH YANG CERDAS, ADALAH AMBIL UANGNYA, JANGAN PILIH ORANGNYA. kemudian, mereka pergi lagi ke ujung kampung.

di benak ibu dan tetangganya, adalah bagus juga itu. kita ambil saja uangnya. tetapi tetangga ibu itu berkata, "tapi kita pasti berdosa, karena kita sudah ambil uangnya, dan kita tidak memilihnya".
"Lalu apa yang akan kita lakukan di Wakatobi, kalau calon bupati mau beli rakyat, maka pasti mereka suatu saat akan menjual rakyat," kasian.

Bersambung...............