Oleh: Sumiman Udu
Kisah Tentang Wa Ode Wau sejak lama telah menjadi memori kolektif masyarakat Buton. Kekayaannya, Kerajaan Binisnya hingga kemampuannya memimpin kerjaan itu. Semua itu telah menjadi sebuah misteri bagi generasi muda Buton dewasa ini. Dari satu generasi ke generasi berikutnya selalu berupaya untuk menemukan harta karun itu. Dan sampai saat ini belum pernah ada yang terinspirasi bagaimana Wa Ode Wau mengumpulkan harta sebanyak itu.
Memasuki Era Masyarakat Asean, Masyarakat Buton hendaknya belajar banyak dari kisah Wa Ode Wau, bagaimana ia berbisnis, bagaimana ia mendirikan kerajaan bisnisnya, bagaimana ia membelanjakan hartanya. Semua ini belum pernah dibahas. Era Ekonomi Masyarakat Asean mendorong setiap masyarakat yang bergabung dalam ruang ekonomi itu untuk menemukan diri mereka sendiri. Sebagai orang Buton, harta Wa Ode Wau memang sangat misteri, tetapi kita tidak perlu menemukan harta misteri itu, karena itu sangat sulit, apakah didepositokan di Luar Negeri atau di tanam di dalam tanah. Tetapi dalam berbagai kisah yang ada, sebagian ada yang sudah menguhitung kekayaan Wa Ode Wau dengan jumlah yang sangat mencengangkan, jauh di atas orang terkaya Indonesia katakanlah penguasa Soempurna yang tidak mencapai 50 triliun, sementara harta Wa Ode Wau berkisar di atas 600 triliun. Memang sangat mencengkan dan mendorong manusia Buton untuk mencari harta itu. Belum satu pun yang terinspirasi dari cara Wa Ode Wau mengmpulkan kekayaan itu.
Namun, memasuki Era Ekonomi Masyarakat Asean masyarakat Buton sudah saatnya untuk mengambil kisah Wa Ode Wau sebagai Inspirasi dalam memasuki era ekonomi tersebut. Paling tidak, kekayaan Wa Ode Wau yang misteri itu telah memberikan inspirasi sebagian masyarakat Buton untuk mengumpulkan harta. Kita simaklah kisah berikut yang ditulis oleh Beresman Sitinjak tangga 21 November 2013 melalui aku Face Booknya dengan Judul
*** MASIH DI CARI LITERATURNYA DAN TENTUNYA SUMBER YG VALID***
"setidaknya kita pantas bangga jika itu benar benar terjadi
Sudahkah anda mendengar bahwa perempuan terkaya didunia sejak 300 tahun yang lalu hingga kini adalah manusia terkaya didunia ?. Beliau adalah WA ODE WAU putri Sapati Bhaaluwu La Ode Arafani, saidara kandung Sultan Buton ke 14 Sultan Syaifuddin. Beliau adalah juga bibi dari Sultan Tsaqiuddin Darul Alam La Ode Ngkariyriy. Ahli Waris Wa Ode Wau adalah LA ODE SRIBIDAYAN Raja Sulawolio Mancuana. Menurut ketrangan dari Gubernur Jenderal Willem van Outhorn (Desember 1690-Agustus 1704), dikuatkan oleh Gubernur Jenderal Jeremias van Riemsdijk (28 Desember 1755-3 Oktober 1777, serta ditegaskan oleh Gubernur Jenderal Willem Alting (Maret 1780-17 Februari 1797), dan Residen Bbrugman (1906) diperkirakan kekayaan Wa Ode Wau berjumlah 180 Milyar Gulden atau senilai 60 Milyar Dollar (600 triliun). Harta kekayaan tersebut dicantumkan dalam Koteverklaring 8 April 1906 untuk dicari Belanda, tetapi tidak jadi dicari akibat para pejabat tinggi Ksultanan Buton melarangnya karena harta tersebut adalah harta pribadi seorang wanita yang paling berjasa terhadap Kesultanan Buton sepanjang sejarah dan paling berjasa kepada Pemerintah Kesultanan karena kayu jatinya di Sampolawa-Batauga dan yang tersebar diseluruh Kesultana Buton menjadi penunjang kebutuhan pemerintah Kesultanan Buton hingga masa pemerintahan Sultan La Ode Falihi tahun 1938. Misalnya bantuannya berupa emas terhadap pembangunan Benteng Wolio mencapai 7.500.000,- Gulden untuk memberi makan para pekerja Benteng Wolio selama 10 tahun. Hartanya tersebut dalam bentuk berlian delapan guci gumbang dan beberapa ton, yang kini masih tetap utuh. Hartanya berupa tanaman ialah "kayu jati Sampolawa-Batauga", kayu jati di Wakonti, Kayu jati di Wakantolalo, Kayu jati di Latede, kayu jati di Pangkowulu dan Kambowa. Di Muna Jati Wa Ode Wau adalah yang dipelihara oleh Raja Muna Latugho ipar Wa Ode Wau, dan Raja Muna La Ode Kaili cucu keponakan Wa Ode Wau, dan jati itulah yang menyebar ditanah Muna yang kini telah habis. Jati milik Wa Ode Wau yang diolah sejak tahun 1962 hingga tahun 2007 atas legalitas Kementerian Kehutanan tidak kurang dari 600.000 m3 dengan nilai 3 triliun. Sehingga saat ini negara berutang kepada ahli waris Wa Ode Wau sebesar 3 triliun, dan jati di Muna negara berutang sekitar 10 triliun.
Adapun asal-usuk kekayaan Wa Ode Wau diperoleh dari hadiah para Raja dan para Lakina Kadie saat beliau dipinggit. Kekayaan itu dijadikannya modal untuk berdagang dan tahun 1340 Wa Ode Wau telan memimpin armada dagang perahu layar 300-600 buah sebagai alat angkut barang dagangannya ke Maluku untuk membeli cengkeh yang dijual di Bandar Malaka dan Aceh. Menurut keteranga seorang Konglomerat China di Malaka menyatakan bahwa : apabila armada kapal Wa Ode dari Sutanat Buton tiba di Bandar Malaka tidak dimuat oleh pelabuhan sehingga sebagaian berlabu di Kerajaan Aceh. Menurutnya keuntungan rempah yang diperoleh setiap musim (2 musin setahun) mampu memberi makan seluruh rakyat Kerajaan Malaka dan Kerajaan Aceh selama setahun. Dengan pendapatan sebesar itu selama 50 tahun memimpin perdagangannya tidaklah aneh kalau beliau memiliki harta peninggalan seperti uraian diatas. Armada dagang Wa Ode Wau adalah saingan berat bagi VOC, namun karena adanya perjanjian dengan Buton maka VOC tidak dapat mengganggu Armada Dagang Wa Ode Wau. (Baca riwayat Wa Ode Wau Pahlawan Wanita Buton).
Pemerintah Kesultanan Buton kemudian merasa berutang budi terhadap Wa Ode Wau yang hartanya telah banyak membantu Kesultanan Buton khususnya membiayai perang melawan Belanda, Gowa dan Ternate. Untuk itu maka Pemerintah Kesultanan Buton memerikan 'tanah turakia" kepada Wa Ode Wau tahun 1636 seluas 37 Ha dan tanah Katampai (Hak Milik) 25 Ha tahun 1641. Diatas tanah turakia tersebut Wa Ode Wau menanam Jati (Sampolawa-Batauga) dan kelapa di Lambusango (kaluku taluaatuna), sedang diatas tanah Katampai Wa Ode Wau mengelola tambang emas yang didatangkan dari Banjar, dan dari emas itulah Wa Ode Wau membuiat perhiasan adat Kesultanan Buton yang disebut "bulawa wolio" (campuran emas dan perak). Tanah Katampai (hak milik) Wa Ode Wau dijelaskan juga oleh Sara Buton sebagaimana tercantum dalam Surat Sultan Buton La Ode Falihi tanggal 14 Mei 1957 yang dikirim kepada Jawatan Agraria Pusat menghadapi pengundangan UUPA tentang Agraria tahun 1960 yang kini menjadi Arsip Nasional.
Bahwa kini tanah hak milik Wa Ode Wau tersebut terancam diklain tanah negara oleh Pemerintah di Sultra, namun kalau hal itu terjadi maka masalahnya akan dibawa ke Mahkamah Intedrnasional di Den Haq Belanda untuk mendapat keadilan. Itulah sekelumit tentang Wa Ode Wau manusia terkaya didunia saat ini, Pahlawan perempuan Nusantara yang tiada bandingannya dalam sejarah, tetapi tidak populer dan memang wasiatnya melarang untuk dipopulerkan. Sepanjang hidupnya hanya mencari nafkah untuk kepentingan Kesultanan Buton dan rakyat Buton, sehingga lupa terhaqdap dirinya sendiri, dan nanti umur 70 tahun baru kawin dan tidak lagi memperoleh anak. Dikatakan oleh beliau bahwa beliau kawin hanya untuk memenuhi sunah Nabi, sebab barangsiapa yang tidak kawin bukan umat Muhammad. Dan hanya inilah wanita pejuang kebanggaan perempuan Buton yang adil, dermawan dan meninggalkan kekayaannya untuk masyarakat Buton. Semoga amal ibadah beliau diterima disisi Allah SWT. Amin. (DR. Hc. H. L.M. Syarif Makmun, BA /Raja Tiworo/Ahli Waris)
nb: masih butuh penggalian sumber sumber referensi
https://www.facebook.com/sitinjak.beresman?fref=nf
Berdasarkan kisah atau tulisan di atas, dapat dipastikan bahwa harta kekayaan Wa Ode Wau masih misterius, baik jumlah maupun tempatnya, tetapi yang pasti kisah di atas dapat menginspirasi masyarakat Buton untuk memiliki jiwa wisa usaha, jima manajemen sehingga mereka tidak ketinggalan dalam memasuki Era Ekonomi Masyarakat Asean tahun 2015 mendatang. Karena berdasarkan kisah atau tulisan di atas, Wa Ode Wau telah melakukan perdagangan dalam lingkup Asean sejak 300 tahun yang lalu.
Mungkin kisah itu, sebuah misteri, tetapi jati di Muna, Sampolawa Bataguga dan beberapa sumber kekayaan Wa OdeWau masih menjadi Inspirasi generasi muda Buton dalam memasuki Era Ekonomi Asean. Di samping itu, Cara Wa Ode Wau membelanjakan hartanya juga harusnya menjadi inspirasi generasi muda Buton dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean mendatang.
Di Masa depan, generasi muda Buton akan mewujudkan mimpi mereka untuk menjadi provinsi Buton Raya, dan salah satu modal utama dalam konteks itu adalah kemampuan mereka untuk mengelola aset-aset ekonomi mereka, termasuk mereka harus menjadikan kisah Wa Ode Wau sebagai sebuah inspirasi dalam meniti ekonomi Buton Raya di masa yang akan datang.
Bangsa Buton mestinya banyak belajar daari leluhurnya, membangun kerajaan bisnis, mengelola bisnisnya sampai dengan bagaimana membelanjakan hartanya untuk bangsanya. Kisah ini merupakan kisah yang menjadi modal kultural masyarakat Buton dalam memasuki berbagai era perdagangan di masa depan. Bahwa era Masyarakat Ekonomi Asean harus dihadapi dengan segala kreatifitas kita dan bukan dihadapi dengan mitos yang ada dalam kisah harta karun tersebut.
Kisah Tentang Wa Ode Wau sejak lama telah menjadi memori kolektif masyarakat Buton. Kekayaannya, Kerajaan Binisnya hingga kemampuannya memimpin kerjaan itu. Semua itu telah menjadi sebuah misteri bagi generasi muda Buton dewasa ini. Dari satu generasi ke generasi berikutnya selalu berupaya untuk menemukan harta karun itu. Dan sampai saat ini belum pernah ada yang terinspirasi bagaimana Wa Ode Wau mengumpulkan harta sebanyak itu.
Memasuki Era Masyarakat Asean, Masyarakat Buton hendaknya belajar banyak dari kisah Wa Ode Wau, bagaimana ia berbisnis, bagaimana ia mendirikan kerajaan bisnisnya, bagaimana ia membelanjakan hartanya. Semua ini belum pernah dibahas. Era Ekonomi Masyarakat Asean mendorong setiap masyarakat yang bergabung dalam ruang ekonomi itu untuk menemukan diri mereka sendiri. Sebagai orang Buton, harta Wa Ode Wau memang sangat misteri, tetapi kita tidak perlu menemukan harta misteri itu, karena itu sangat sulit, apakah didepositokan di Luar Negeri atau di tanam di dalam tanah. Tetapi dalam berbagai kisah yang ada, sebagian ada yang sudah menguhitung kekayaan Wa Ode Wau dengan jumlah yang sangat mencengangkan, jauh di atas orang terkaya Indonesia katakanlah penguasa Soempurna yang tidak mencapai 50 triliun, sementara harta Wa Ode Wau berkisar di atas 600 triliun. Memang sangat mencengkan dan mendorong manusia Buton untuk mencari harta itu. Belum satu pun yang terinspirasi dari cara Wa Ode Wau mengmpulkan kekayaan itu.
Namun, memasuki Era Ekonomi Masyarakat Asean masyarakat Buton sudah saatnya untuk mengambil kisah Wa Ode Wau sebagai Inspirasi dalam memasuki era ekonomi tersebut. Paling tidak, kekayaan Wa Ode Wau yang misteri itu telah memberikan inspirasi sebagian masyarakat Buton untuk mengumpulkan harta. Kita simaklah kisah berikut yang ditulis oleh Beresman Sitinjak tangga 21 November 2013 melalui aku Face Booknya dengan Judul
*** MASIH DI CARI LITERATURNYA DAN TENTUNYA SUMBER YG VALID***
"setidaknya kita pantas bangga jika itu benar benar terjadi
Sudahkah anda mendengar bahwa perempuan terkaya didunia sejak 300 tahun yang lalu hingga kini adalah manusia terkaya didunia ?. Beliau adalah WA ODE WAU putri Sapati Bhaaluwu La Ode Arafani, saidara kandung Sultan Buton ke 14 Sultan Syaifuddin. Beliau adalah juga bibi dari Sultan Tsaqiuddin Darul Alam La Ode Ngkariyriy. Ahli Waris Wa Ode Wau adalah LA ODE SRIBIDAYAN Raja Sulawolio Mancuana. Menurut ketrangan dari Gubernur Jenderal Willem van Outhorn (Desember 1690-Agustus 1704), dikuatkan oleh Gubernur Jenderal Jeremias van Riemsdijk (28 Desember 1755-3 Oktober 1777, serta ditegaskan oleh Gubernur Jenderal Willem Alting (Maret 1780-17 Februari 1797), dan Residen Bbrugman (1906) diperkirakan kekayaan Wa Ode Wau berjumlah 180 Milyar Gulden atau senilai 60 Milyar Dollar (600 triliun). Harta kekayaan tersebut dicantumkan dalam Koteverklaring 8 April 1906 untuk dicari Belanda, tetapi tidak jadi dicari akibat para pejabat tinggi Ksultanan Buton melarangnya karena harta tersebut adalah harta pribadi seorang wanita yang paling berjasa terhadap Kesultanan Buton sepanjang sejarah dan paling berjasa kepada Pemerintah Kesultanan karena kayu jatinya di Sampolawa-Batauga dan yang tersebar diseluruh Kesultana Buton menjadi penunjang kebutuhan pemerintah Kesultanan Buton hingga masa pemerintahan Sultan La Ode Falihi tahun 1938. Misalnya bantuannya berupa emas terhadap pembangunan Benteng Wolio mencapai 7.500.000,- Gulden untuk memberi makan para pekerja Benteng Wolio selama 10 tahun. Hartanya tersebut dalam bentuk berlian delapan guci gumbang dan beberapa ton, yang kini masih tetap utuh. Hartanya berupa tanaman ialah "kayu jati Sampolawa-Batauga", kayu jati di Wakonti, Kayu jati di Wakantolalo, Kayu jati di Latede, kayu jati di Pangkowulu dan Kambowa. Di Muna Jati Wa Ode Wau adalah yang dipelihara oleh Raja Muna Latugho ipar Wa Ode Wau, dan Raja Muna La Ode Kaili cucu keponakan Wa Ode Wau, dan jati itulah yang menyebar ditanah Muna yang kini telah habis. Jati milik Wa Ode Wau yang diolah sejak tahun 1962 hingga tahun 2007 atas legalitas Kementerian Kehutanan tidak kurang dari 600.000 m3 dengan nilai 3 triliun. Sehingga saat ini negara berutang kepada ahli waris Wa Ode Wau sebesar 3 triliun, dan jati di Muna negara berutang sekitar 10 triliun.
Adapun asal-usuk kekayaan Wa Ode Wau diperoleh dari hadiah para Raja dan para Lakina Kadie saat beliau dipinggit. Kekayaan itu dijadikannya modal untuk berdagang dan tahun 1340 Wa Ode Wau telan memimpin armada dagang perahu layar 300-600 buah sebagai alat angkut barang dagangannya ke Maluku untuk membeli cengkeh yang dijual di Bandar Malaka dan Aceh. Menurut keteranga seorang Konglomerat China di Malaka menyatakan bahwa : apabila armada kapal Wa Ode dari Sutanat Buton tiba di Bandar Malaka tidak dimuat oleh pelabuhan sehingga sebagaian berlabu di Kerajaan Aceh. Menurutnya keuntungan rempah yang diperoleh setiap musim (2 musin setahun) mampu memberi makan seluruh rakyat Kerajaan Malaka dan Kerajaan Aceh selama setahun. Dengan pendapatan sebesar itu selama 50 tahun memimpin perdagangannya tidaklah aneh kalau beliau memiliki harta peninggalan seperti uraian diatas. Armada dagang Wa Ode Wau adalah saingan berat bagi VOC, namun karena adanya perjanjian dengan Buton maka VOC tidak dapat mengganggu Armada Dagang Wa Ode Wau. (Baca riwayat Wa Ode Wau Pahlawan Wanita Buton).
Pemerintah Kesultanan Buton kemudian merasa berutang budi terhadap Wa Ode Wau yang hartanya telah banyak membantu Kesultanan Buton khususnya membiayai perang melawan Belanda, Gowa dan Ternate. Untuk itu maka Pemerintah Kesultanan Buton memerikan 'tanah turakia" kepada Wa Ode Wau tahun 1636 seluas 37 Ha dan tanah Katampai (Hak Milik) 25 Ha tahun 1641. Diatas tanah turakia tersebut Wa Ode Wau menanam Jati (Sampolawa-Batauga) dan kelapa di Lambusango (kaluku taluaatuna), sedang diatas tanah Katampai Wa Ode Wau mengelola tambang emas yang didatangkan dari Banjar, dan dari emas itulah Wa Ode Wau membuiat perhiasan adat Kesultanan Buton yang disebut "bulawa wolio" (campuran emas dan perak). Tanah Katampai (hak milik) Wa Ode Wau dijelaskan juga oleh Sara Buton sebagaimana tercantum dalam Surat Sultan Buton La Ode Falihi tanggal 14 Mei 1957 yang dikirim kepada Jawatan Agraria Pusat menghadapi pengundangan UUPA tentang Agraria tahun 1960 yang kini menjadi Arsip Nasional.
Bahwa kini tanah hak milik Wa Ode Wau tersebut terancam diklain tanah negara oleh Pemerintah di Sultra, namun kalau hal itu terjadi maka masalahnya akan dibawa ke Mahkamah Intedrnasional di Den Haq Belanda untuk mendapat keadilan. Itulah sekelumit tentang Wa Ode Wau manusia terkaya didunia saat ini, Pahlawan perempuan Nusantara yang tiada bandingannya dalam sejarah, tetapi tidak populer dan memang wasiatnya melarang untuk dipopulerkan. Sepanjang hidupnya hanya mencari nafkah untuk kepentingan Kesultanan Buton dan rakyat Buton, sehingga lupa terhaqdap dirinya sendiri, dan nanti umur 70 tahun baru kawin dan tidak lagi memperoleh anak. Dikatakan oleh beliau bahwa beliau kawin hanya untuk memenuhi sunah Nabi, sebab barangsiapa yang tidak kawin bukan umat Muhammad. Dan hanya inilah wanita pejuang kebanggaan perempuan Buton yang adil, dermawan dan meninggalkan kekayaannya untuk masyarakat Buton. Semoga amal ibadah beliau diterima disisi Allah SWT. Amin. (DR. Hc. H. L.M. Syarif Makmun, BA /Raja Tiworo/Ahli Waris)
nb: masih butuh penggalian sumber sumber referensi
https://www.facebook.com/sitinjak.beresman?fref=nf
Berdasarkan kisah atau tulisan di atas, dapat dipastikan bahwa harta kekayaan Wa Ode Wau masih misterius, baik jumlah maupun tempatnya, tetapi yang pasti kisah di atas dapat menginspirasi masyarakat Buton untuk memiliki jiwa wisa usaha, jima manajemen sehingga mereka tidak ketinggalan dalam memasuki Era Ekonomi Masyarakat Asean tahun 2015 mendatang. Karena berdasarkan kisah atau tulisan di atas, Wa Ode Wau telah melakukan perdagangan dalam lingkup Asean sejak 300 tahun yang lalu.
Mungkin kisah itu, sebuah misteri, tetapi jati di Muna, Sampolawa Bataguga dan beberapa sumber kekayaan Wa OdeWau masih menjadi Inspirasi generasi muda Buton dalam memasuki Era Ekonomi Asean. Di samping itu, Cara Wa Ode Wau membelanjakan hartanya juga harusnya menjadi inspirasi generasi muda Buton dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean mendatang.
Di Masa depan, generasi muda Buton akan mewujudkan mimpi mereka untuk menjadi provinsi Buton Raya, dan salah satu modal utama dalam konteks itu adalah kemampuan mereka untuk mengelola aset-aset ekonomi mereka, termasuk mereka harus menjadikan kisah Wa Ode Wau sebagai sebuah inspirasi dalam meniti ekonomi Buton Raya di masa yang akan datang.
Bangsa Buton mestinya banyak belajar daari leluhurnya, membangun kerajaan bisnis, mengelola bisnisnya sampai dengan bagaimana membelanjakan hartanya untuk bangsanya. Kisah ini merupakan kisah yang menjadi modal kultural masyarakat Buton dalam memasuki berbagai era perdagangan di masa depan. Bahwa era Masyarakat Ekonomi Asean harus dihadapi dengan segala kreatifitas kita dan bukan dihadapi dengan mitos yang ada dalam kisah harta karun tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar