Oleh:
Sumiman Udu[2]
Keberadaan
sastra lisan selama ini telah menjadi indentitas masyarakat lokal dalam
menghadapi kebudayaan global di seluruh dunia. Sebagai ekspresi budaya lokal,
sastra lisan bhanti-bhanti tetap
menyuarakan identitas lokal masyarakat Wakatobi yang terus-menerus menyesuaikan
diri dan membangun dialog dengan kebudayaan global yang terus menyerbu hingga
ke ruang-ruang ketaksadaran kolektif masyarakat.
Penelitian ini
menggunakan paradigma etnografi. Data penelitian ini akan difokuskan pada pandangan
masyarakat Wakatobi tentang indentitas lokal mereka dalam menghadapi kebudayaan
global yang ada dalam sastra lisan bhanti-bhanti.
Dengan demikian, data akan dianalisis untuk melihat eksistensi masyarakat
Wakatobi yang digambarkan dalam sastra lisan bhanti-bhanti sebagai ekspersi budaya lokal dalam berinteraksi
dengan budaya global.
Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa melalui sastra lisan bhanti-bhanti
masyarakat Wakatobi mampu membangun identitas lokal mereka. Tetapi di sisi
yang lain, sebagai ekpresi budaya lokal, sastra lisan bhanti-bhanti masyarakat Wakatobi tetap terbuka, terutama dalam
menghadapi berbagai perkembangan budaya global. Oleh karena itu, keberadaan sastra
lisan bhanti-bhanti merupakan identitas
lokal dan sekaligus menjadi ruang negosiasi kultural masyarakat Wakatobi dalam
menghadapi perkembangan dan perubahan budaya global dewasa ini.
Kata kunci: eksistensi, sastra lisan, bhanti-bhanti, ruang, negosiasi lokal,
kebudayaan Global