Jumat, 02 Oktober 2015

EKSISTENSI SASTRA LISAN BHANTI-BHANTI SEBAGAI RUANG NEGOSIASI LOKAL DALAM KEBUDAYAAN GLOBAL[1]



Oleh:
Sumiman Udu[2]
Keberadaan sastra lisan selama ini telah menjadi indentitas masyarakat lokal dalam menghadapi kebudayaan global di seluruh dunia. Sebagai ekspresi budaya lokal, sastra lisan bhanti-bhanti tetap menyuarakan identitas lokal masyarakat Wakatobi yang terus-menerus menyesuaikan diri dan membangun dialog dengan kebudayaan global yang terus menyerbu hingga ke ruang-ruang ketaksadaran kolektif masyarakat.
Penelitian ini menggunakan paradigma etnografi. Data penelitian ini akan difokuskan pada pandangan masyarakat Wakatobi tentang indentitas lokal mereka dalam menghadapi kebudayaan global yang ada dalam sastra lisan bhanti-bhanti. Dengan demikian, data akan dianalisis untuk melihat eksistensi masyarakat Wakatobi yang digambarkan dalam sastra lisan bhanti-bhanti sebagai ekspersi budaya lokal dalam berinteraksi dengan budaya global.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa melalui sastra lisan bhanti-bhanti masyarakat Wakatobi mampu membangun identitas lokal mereka. Tetapi di sisi yang lain, sebagai ekpresi budaya lokal, sastra lisan bhanti-bhanti masyarakat Wakatobi tetap terbuka, terutama dalam menghadapi berbagai perkembangan budaya global. Oleh karena itu, keberadaan sastra lisan bhanti-bhanti merupakan identitas lokal dan sekaligus menjadi ruang negosiasi kultural masyarakat Wakatobi dalam menghadapi perkembangan dan perubahan budaya global dewasa ini.
Kata kunci: eksistensi, sastra lisan, bhanti-bhanti, ruang, negosiasi lokal, kebudayaan Global