Minggu, 14 Mei 2017

Keluarga dalam Novel Di Bawah Bayang-Bayang Ode Karya Sumiman Udu dan Novel Kifujin A no Sosei Karya Ogawa Yoko



Oleh:
Rima Devi, FIB Universitas Andalas, rima_devi2004@yahoo.com



Abstrak
Foto Rima Devi.
Peneliti: Dr. Rima Devi
Novelis di belahan bumi manapun di dunia ini, pada umumnya tidak dapat melepaskan diri dari konsep keluarga untuk menggambarkan latar belakang para tokoh yang dimunculkannya. Gambaran keluarga inipun juga tidak terlepas dari lingkungan sosial pengarang sehingga karya sastra berupa novel dapat digunakan untuk menelaah keluarga melalui pendekatan sosiologi sastra. Keluarga Buton yang tergambar dalam novel Di Bawah Bayang-Bayang Ode karya Sumiman Udu dan Keluarga Jepang yang tergambar dalam novel Kifujin A no Sosei karya Ogawa Yoko, masing-masingnya mempunyai ciri tersendiri dalam menggambarkan hubungan kekeluargaan dan interaksi antaranggota keluarga. Kedua novel ini merupakan novel dengan latar belakang keluarga dari budaya yang berbeda namun memiliki kesamaan dalam gambaran keluarga dari daerah Timur yang sama-sama menganut sistem kekeluargaan tradisional dan sekaligus keluarga modern. Bagaimana pengaruh sistem kekeluargaan tradisional mewarnai kehidupan masyarakat modern pada dua budaya yang berbeda yaitu keluarga Buton dan Jepang merupakan permasalahan pada tulisan ini. Kedua novel dianalisis menggunakan pendekatan sosiologi sastra dengan menggunakan konsep yang terdapat dalam sosiologi keluarga. Dari penelaahan kedua novel ini diketahui bahwa dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam keluarga modern, ada kecendrungan untuk menggunakan tradisi-tradisi yang berlaku atau pernah diberlakukan dalam keluarga tradisional.
Kata kunci: Keluarga, Novel, Indonesia-Jepang, Buton

Senin, 08 Mei 2017

POTENSI PENGEMBANGAN DESA WISATA POSALU



Oleh:
Sumiman Udu


Kades Posalu dan Staf

Menikmati desa wisata Posalu membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama dari ibu kota kabupaten Wakatobi. hanya sekitar 5 kilo meter, kita akan tiba di bawah gunung Tindoi sebelah barat. Dari puncak Toliamba, anda melanjutkan perjalanan sekitar 100 meter, anda belok kanan menuju desa Posalu. Sekitar satu kilometer, anda akan menemukan kampung Tai Bhete dan teruslah ke ujung kampung, anda akan menemukan jalan setapak naik ke arah timur laut. Di sebelah kiri jalan, anda akan memasuki jalan setapak, dan sekitar lima puluh meter, anda akan menemukan kantor Desa, di sana anda dapat menikmati kopi ala kadarnya.

Minggu, 07 Mei 2017

Teori Pementasan Tradisi Lisan



Oleh: Sumiman Udu
Dalam upaya untuk menjelaskan tentang kata pementasan, Jan Vansina (2014: 52) mengatakan bahwa pementasan dalam tradisi lisan adalah pengisahan kisah. Dalam pementasan lisan, seorang pendongeng dan atau pelantun (dalam nyanyian) akan duduk dan dikelilingi oleh pendengar untuk mengisahkan sebuah kisah. Dalam pementasan tradisi lisan (nyanyian) seorang pelantun akan duduk untuk memainkan gitar, gambus dan biolanya untuk mengiringi syair-syairnya yang disusun dan dikomposisi pada waktu bersamaan. Sementara penonton duduk di sampingnya untuk mendengarkan pementasan atau pengisahan tersebut. Dalam pementasan ini, penonton terkadang terlibat aktif, sehingga dapat mempengaruhi komposisi skematik dari tradisi lisan.