![]() |
| Kambalu |
Talas atau keladi (Colocasia esculenta) kembali mendapat sorotan dari kalangan peneliti pangan setelah berbagai kajian menunjukkan bahwa umbi lokal ini memiliki nilai gizi tinggi dan potensi ekonomi yang besar. Di tengah upaya nasional mendorong diversifikasi pangan lokal, talas kini dipandang sebagai komoditas strategis yang layak dikembangkan, terutama di daerah wisata seperti Kabupaten Wakatobi.
Data komposisi pangan menunjukkan bahwa setiap 100 gram talas mengandung 112 kalori, 26,9 gram karbohidrat, 2,3 gram serat, 1,5 gram protein, serta berbagai mikronutrien penting seperti vitamin C, vitamin B6, kalium, fosfor, dan magnesium. Kandungan serat dan karbohidrat kompleksnya dinilai mampu membantu menjaga kestabilan gula darah dan memberikan energi berkepanjangan, sementara antioksidan alami di dalamnya berpotensi melindungi tubuh dari stres oksidatif.
Menurut sejumlah peneliti pangan, potensi talas bukan hanya terletak pada kandungan gizinya, tetapi juga pada peluang pengembangannya sebagai bagian dari inovasi kuliner lokal. “Talas memiliki karakter yang fleksibel untuk diolah menjadi berbagai jenis makanan, dari kudapan tradisional hingga produk modern. Ini sangat relevan dengan kebutuhan sektor pariwisata, terutama di daerah yang tengah berkembang seperti Wakatobi,” ujar seorang peneliti pangan dari perguruan tinggi negeri.
Talas dan Pariwisata Wakatobi: Potensi Kolaboratif
Kabupaten Wakatobi sebagai salah satu destinasi wisata unggulan nasional, tidak hanya terkenal dengan keindahan laut dan ekosistem bawah airnya, tetapi juga mulai memperkuat sektor ekonomi kreatif, termasuk kuliner lokal. Talas diproyeksikan dapat menjadi ikon pangan baru yang memperkaya pengalaman wisatawan.
Pelaku industri rumahan di Wakatobi mulai melirik talas sebagai bahan baku yang memiliki nilai jual tinggi. Produk-produk seperti keripik talas, stik talas, kue talas, hingga minuman berbahan talas berpeluang menjadi suvenir khas yang dapat dipasarkan kepada wisatawan. Selain itu, pengembangan tepung talas membuka peluang bagi UMKM untuk menciptakan produk olahan modern seperti pastry, roti, atau makanan ringan dengan cita rasa lokal.
Pakar ekonomi kreatif menggarisbawahi bahwa pengembangan talas tidak hanya memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga dapat menjadi strategi branding kuliner daerah. “Jika dikelola dengan baik, talas bisa menjadi bagian dari identitas gastronomi Wakatobi. Wisatawan kini mencari pengalaman kuliner unik, dan talas dapat menjawab kebutuhan itu,” ungkapnya.
Dorongan Penguatan Rantai Nilai
Untuk memaksimalkan potensinya, para pakar menyarankan adanya sinergi antara pemerintah daerah, petani, pelaku UMKM, dan pelaku pariwisata. Pembinaan budidaya talas, pelatihan pengolahan pangan, serta standardisasi produk dinilai penting untuk menaikkan daya saing talas Wakatobi di pasar wisata.
Selain itu, promosi melalui festival kuliner lokal atau paket wisata edukasi berbasis pangan dapat memperkuat posisi talas sebagai komoditas unggulan. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan setiap tahun, pengembangan pangan berbahan talas dinilai mampu memberi dampak ekonomi signifikan bagi masyarakat setempat.
Melalui perpaduan antara nilai gizi yang tinggi, fleksibilitas pengolahan, dan peluang pemasaran dalam sektor pariwisata, talas dipandang sebagai salah satu komoditas lokal yang layak dijadikan pilar pengembangan pangan dan ekonomi kreatif di Kabupaten Wakatobi. Jika dikelola secara berkelanjutan, talas bukan hanya memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, tetapi juga dapat menjadi kekuatan baru dalam mendukung citra pariwisata Wakatobi sebagai destinasi yang kaya budaya dan cita rasa.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar