Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

SEHARI YANG MENGUBAH GALELA

Sumiman Udu dan Saleh Hanan bersama H. La Tara Sore itu, pertemuan dengan Pak H. La Tara, mengisahkan banyak hal. Perjalanan hidupnya yang pernah dipenjara, karena di tuduh PKI, hingga peristiwa mengerikan. Peristiwa mengerikan itu, dimulai dari kisah meledaknya perahu Tomia di Perairan utara Halmahera. Untuk mengisahkan pertemuannya dengan H. La Tara, Saleh Hanan mengurainya dalam tulisan begini. "Apa itu? Dentuman! Seseorang mencungkil silinder baja, bom bekas perang dunia kedua, salah dan fatal. Orang-orang perahu dari Tomia yang mencungkil, mengumpul dan berdagang bubuk mesiu bom sisa perang itu tercabik, roboh dalam satu letupan. Mesiu cungkilan, mata dagangan yang mengubah jalan perahu dari komoditi pertanian ke bahan peledak. Ledakan yang membuka mata ke Galela, petugas berdatangan. Perahu-perahu fenes merasa tertuduh, hilang nyali ke Galela. Harga kopra jatuh – Galela 1950.   Tahun 1954, 1959 beberapa perahu fenes masih masuk tapi tidak sepadat sebelum le...

TRANSFORMASI PERAHU LAMBO KE PEDAGANG KIOS DI KAWASAN MELANESIA (Bagian 2)

Kini generasi perahu karoro, berubah menjadi generasi pedagang kios yang tersebar di hampir seluruh kepuluan Maluku, dan bahkan hampir disetiap sudut kota Tobelo. Suatu transformasi sosial, yang kini menjadi alternatif, sekaligus kekuatan ekonomi yang berbasis UKM. Dengan bentangan pasar yang begitu besar, mereka mampu menguasai perekonomian di beberapa kota di Maluku. Kalau aset mereka perkiosnya adalah 50 juta rupiah, maka aset generasi karoro di kota Tobelo sangat besar karena generasi karoro di sekitar kota Tobelo hampir mencapai 400 kios. Ini merupakan potensi pasar yang sangat besar, hampir mencapai 20 milyar rupiah. Pasar yang seharusnya dapat diperhitungkan oleh perbankan, dan dapat dijadikan sebagai sumber PAD oleh pemerintah daerah. Jika ini dilihat sebagai potensi pasar, maka semestinya sudah dapat dihitung oleh pemerintah di Wakatobi Buton sebagai sumber-sumber uang yang kelak akan berputar di Buton. Karena rata-rata mereka yang merantau ke negeri Maluku, teta...

TRANSFORMASI PERAHU LAMBO KE PEDAGANG KIOS DI KAWASAN MELANESIA

Bagian 1                  Tobelo, negeri perompak yang paling ditakuti beberapa abad silam, bagi siapa saja di pesisir Laut Banda. Serangan mendadak yang selalu dilakukannya, membuat negeri Tobelo sebagai negeri yang menakutkan. Namun, karena negeri ini berada pada pusat rempah-rempah dunia, maka semua orang pun tetap menghampirinya. Akhir abad ke 19 dan sampai menjelang akhir abad dua puluh, ratusan perahu lambo lalu lalang dalam pelayaran di Nusantara timur, menghubungkan Indonesia timur sebagai pusat rempah dan Indonesia barat sebagai pusat industri. Kelapa, cengkeh, pala menjadi komoditas utama yang menjadi target siapa pun. Magnet bisnis bagi siapapun, VOC, perahu lambo (Wakatobi-Buton), Bugis, Mandar, Jawa, Melayu, Arab, India, dan China semua mengarah ke pusat rempah-rempah ini. Kini Tobelo bukan lagi, negeri perompak, tetapi negeri peradaban yang belajar dari gesekan sosial tahun awal t...