Langsung ke konten utama

Sebuah Allegori

oleh: Azzahra Azra 
Kendari, 20 Maret 2011 jam 19:01
Saudariku,
Jikalau engkau membaca kisah ini
Dengungkan dalam hati

Sejenak luahkan lelah
Arungi rangkaian hikmah
Sebuah kidung tentang sejumput kisah
Yang kan membawamu jauh
Laksana berlayar di lautan petuah

Saudariku
Selami kisah ini
Bingung darimana memulai
Tiada pernah disadari
Darimana sebuah perjalanan dimulai
Ketika sebuah asa menjulang tinggi,
Dan segala pekat menepi
Roda tak lagi bergerigi
Mawar tak lagi berduri

 Saudariku,
Adalah seorang belia
Mengembara di belantara dunia
Dunia nan sesak oleh ragam samaran petaka
Mengambang diantara gugusan kejora,
dan setan-setan neraka

Saudariku,
ketika saatnya tiba untuk dia,
kaki mungilnya bergerak menapaki buana
dan hari-hari berlalu dengan angkuhnya,
namun sang surya yang tak henti menghangatkannya,
dan sang dewi malam yang selalu tersenyum untuknya.
Maka gelap dan terang adalah cahaya baginya

saudariku,
bersabarlah, kisah ini belum berakhir,
dan kini saatnya dia berjuang meski dalam getir
asa itu tak gentar meski oleh halilintar,
yang pekak menggelegar
Oleh kerana dalam jiwa yang berkobar
Dan raga nan kukuh bergetar

Saudariku,
Pada suatu ketika tiba-tiba,
mega-mega mengganas laksana cakar-cakar raksasa
menyelimuti cakrawala,
sang surya tak berdaya
kegelapan yang sangar membekukannya dalam maya
gemerlap cahayanya hilang seketika
hingga hanya pendar yang tersisa

Saudariku,
jikalau engkau bertanya apa yang kemudian terjadi
maka inilah yang akan mewarnai kisah ini
Dalam ketiadaan pelangi,
dalam bengisnya kegelapan dini
dan hanya sang dewi malam lembut membelai
selalu dan selalu menerangi
meski dengan sinarnya nan redup memuai

Saudariku,
Dia masih merangkak dan masih
Dan Sang Waktu tak pernah lelah
Kemudian jaring-jaring takdir mendapatinya dalam gerah
 Segenap raganya luka tergores merah
Namun jiwanya mengamuk marah
Memberontak dengan sejuta dalih
hingga hati nan lembut menjelma noktah darah

saudariku,
Masih dalam ketiadaan yang pias
Muncul cahaya lain seberkas
Menyimpul puing-puing asa yang mulai meranggas
Mencambuk keheningan untuk bergegas
Memberangus kebisuan yang membius
Dan tiada disangka sang surya pun telah kembali bernapas
Meski dalam helaannya terseok menggagas
Dan kelembutan sang dewi malam yang tak pernah pupus

Saudariku,
Pendar-pendar cahaya itu tersimpul kembali menerangi
Dan dia kini melangkah tertatih dengan pasti
Dengan segunung keteguhan dalam hati
Laksana buasnya matahari disiang hari

Saudariku,
Jika memulai dengan mulia dari hati
Maka duri dan kerikil adalah permadani
Kegetiran dan kepahitan rasa hanyalah mimpi
Engkau akan terbangun esok hari
Oleh sinar lembut mentari
Dan dengan kesejukan embun pagi

Saudariku,
Ini bukan sekedar kisah
Jikalau engkau bertanya siapa yang menoreh
Maka dia itu adalah
AKU

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGUNGKAP KETOKOHAN MUHAMMAD IDRUS

 Oleh Dr. La Niampe, M.Hum [2] 1.       Siapakah Muhammad Idrus itu? Muhammad Idrus adalah Putra Sultan Buton ke-27 bernama La Badaru (1799-1823). Ia diperkirakan lahir pada akhir abad ke-18. Dilihat dari silsilah keturunannya, Beliau termasuk keturunan ke-16 dari raja Sipanjonga; raja Liya dari tanah Melayu yang pernah berimigrasi ke negeri Buton (lihat silsilah pada lampiran). Dalam naskah ”SILSILAH RAJA-RAJA BUTON” Muhammad Idrus memiliki 33 orang istri dan dikaruniai anak berjumlah 97 orang, dua orang di antaranya terpilih menjadi Sultan Buton, yaitu Muhammad Isa sebagai Sultan Buton ke-31 (1851-1861) dan Muhammad Salih sebagai Sultan Buton ke-32 (1861-1886). 2. Nama dan Gelar             Muhammad Idrus adalah nama lengkapnya. Selain itu ia juga memiliki cukup banyak tambahan atau gelaran sebagai berikut: a.       La Ode La Ode adalah gelaran bangsaw...

Buku Tembaga dan Harta karun Wa Ode Wau dalam Pelayaran Tradisional Buton

Oleh: Sumiman Udu Dalam suatu diskusi dengan teman-teman di beberapa jejaring sosial, banyak yang membicarakan tentang harta karun Wa Ode Wau. Dimana sebagian dari mereka ada yang mengatakan bahwa harta itu masih milyaran Gulden, dan ada yang mengatakan bahwa harta karun itu tersimpan di gua-gua, ada juga yang mengatakan bahwa harta itu tersimpan di dalam tanah dan ditimbun. Berbagai klaim itu memiliki dasar sendiri-sendiri. Namun, kalau kita melihat bagaimana Wa Ode Wau memberikan inspirasi pada generasinya dalam dunia pelayaran, maka harta itu menjadi sangat masuk akal. Banyak anak cucu Wa Ode Wau (cucu kultural) yang saat ini memiliki kekayaan milyaran rupiah. Mereka menguasai perdagangan antar pulau yang tentunya di dapatkan dari leluhur mereka di masa lalu. Dalam Makalah yang disampaikan yang disampaikan dalam seminal nasional Sejarah itu, beliau mengatakan bahwa sebutan sebagai etnik maritim yang ada di Buton, sangat pantas diberikan kepada pelayar-pelayar asal kepulauan t...

Harta Kekayaan Wa Ode Wau: Antara Misteri dan Inspirasi

 Oleh: Sumiman Udu Kisah Tentang Wa Ode Wau sejak lama telah menjadi memori kolektif masyarakat Buton. Kekayaannya, Kerajaan Binisnya hingga kemampuannya memimpin kerjaan itu. Semua itu telah menjadi sebuah misteri bagi generasi muda Buton dewasa ini. Dari satu generasi ke generasi berikutnya selalu berupaya untuk menemukan harta karun itu. Dan sampai saat ini belum pernah ada yang terinspirasi bagaimana Wa Ode Wau mengumpulkan harta sebanyak itu.