Novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode" merupakan novel antropologi yang ditulis berdasarkan penelitian bertahun-tahun pada kebudayaan Wakatobi - Buton. Novel ini merupakan rekaman dari dinamika kebudayaan Wakatobi Buton selama ini.
Disajikan dalam kisah cinta dua orang anak Manusia (Amalia Ode) dengan Imam yang penuh dengan lika-liku adat, pelarangan, pelanggaran, hingga sebuah permintaan yang berakhir dengan kehilangan jiwa (Amalia Ode).
Mimpi pertemuan dengan seorang Mahasiswa yang memanggilnya ibu, telah memaksa Amalia Ode untuk tetap mempertahankan cintanya. Ia Bertahan sampai ia melahirkan anaknya. Perkawinannya dengan La Ode Halimu, menyadarkan La Ode Halimu bahwa perkawinan bukan hanya dilandasi oleh adat dan budaya, tetapi harus dilandasi dengan cinta dan kasih sayang. Jabat tangan bukan hanya sebagai ritual, tetapi lebih dari itu.
Patah hati yang menimpa hati seorang lelaki yang memang rapuh, membuat Imam mengalihkan seluruh cintanya untuk menuntut pendidikan sebagai bentuk pemberontakan pada budayanya, budaya yang telah mendiskreditkan dirinya, budaya ode yang masih dianggap sebagai darah biru oleh masyarakat Buton, sementara Imam menyadari bahwa Ode adalah bentuk kreativitas yang diberikan oleh Budaya bagi mereka yang berkarya.
Kehadiran Anastasia yang didik jaih berbeda dengan ibunya Amalia Ode, telah memberikan karakter yang jauh berbeda. Anastasia, perempuan unlimitid telah membuat Anastasia tampil sebagai perempuan yang penuh dengan kebebasa, tetapi selalu bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya. Perempuan yang pasti berbeda dengan perempuan kebanyakan dalam kebudayaanya.
Pertemuannya dengan Dr. Iman dalam sebuah perkuliahan, mengingatkan kembali Imam pada cinta yang selama ini mengubur segala cintanya.
Sebuah kisah cinta yang heroik, perjuangan, penghiantan, kebebasan, keterkungkungan, tersajikan dalam alur cerita cinta. Tentunya, pembaca harus membaca bukunya secara langsung baru dapat merasakan apa yang dialami oleh tokoh-tokoh yang ada dalam novel ini.
Disajikan dalam kisah cinta dua orang anak Manusia (Amalia Ode) dengan Imam yang penuh dengan lika-liku adat, pelarangan, pelanggaran, hingga sebuah permintaan yang berakhir dengan kehilangan jiwa (Amalia Ode).
Mimpi pertemuan dengan seorang Mahasiswa yang memanggilnya ibu, telah memaksa Amalia Ode untuk tetap mempertahankan cintanya. Ia Bertahan sampai ia melahirkan anaknya. Perkawinannya dengan La Ode Halimu, menyadarkan La Ode Halimu bahwa perkawinan bukan hanya dilandasi oleh adat dan budaya, tetapi harus dilandasi dengan cinta dan kasih sayang. Jabat tangan bukan hanya sebagai ritual, tetapi lebih dari itu.
Patah hati yang menimpa hati seorang lelaki yang memang rapuh, membuat Imam mengalihkan seluruh cintanya untuk menuntut pendidikan sebagai bentuk pemberontakan pada budayanya, budaya yang telah mendiskreditkan dirinya, budaya ode yang masih dianggap sebagai darah biru oleh masyarakat Buton, sementara Imam menyadari bahwa Ode adalah bentuk kreativitas yang diberikan oleh Budaya bagi mereka yang berkarya.
Kehadiran Anastasia yang didik jaih berbeda dengan ibunya Amalia Ode, telah memberikan karakter yang jauh berbeda. Anastasia, perempuan unlimitid telah membuat Anastasia tampil sebagai perempuan yang penuh dengan kebebasa, tetapi selalu bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya. Perempuan yang pasti berbeda dengan perempuan kebanyakan dalam kebudayaanya.
Pertemuannya dengan Dr. Iman dalam sebuah perkuliahan, mengingatkan kembali Imam pada cinta yang selama ini mengubur segala cintanya.
Sebuah kisah cinta yang heroik, perjuangan, penghiantan, kebebasan, keterkungkungan, tersajikan dalam alur cerita cinta. Tentunya, pembaca harus membaca bukunya secara langsung baru dapat merasakan apa yang dialami oleh tokoh-tokoh yang ada dalam novel ini.
4 komentar:
Novel ini bagus diangkat ke dalam film.
Sementara diusahakan agar dapat difilmkan
kita doakan agar novel Di Bawah Bayang-Bayang Ode secepatnya terangkat dalam sebuah film.
bukunya terbit di gramed om?
Posting Komentar