Rabu, 09 Maret 2011

Mari Belajar ke China


Oleh: La Ode Arumahi
 
Sebagai orang Buton sangat menghargai usaha-usaha kreatif, akademis yang dilakukan La Ode Balawa dkk untuk secara terus-menerus mengaktualkan khasanah kebudayaan Buton. Saya bisa memahami berbagai kendala yang muncul terutama ketika memasuki wilayah yang diklaim sebagian orang sebagai mitos yang kemudian dibenturkan dengan realitas modern di kekinian. Buton di masa lalu memang akan sulit jika didekati dengan alam pikiran modern yang sarat dengan westernisasi hampir sudah meracuni alam pikiran banyak orang, padahal itu adalah wilayah antropologi yang hanya dapat dipahami secara jelas, jernih oleh penggiat disiplin ilmu-ilmu social. Pro-kontra justru adalah sebuah kesuksesan, apalagi ini dalam sebuah proses bersama mencari identitas diri, sebab hasil tdk selalu muncul dan diterima serta dinikmati para pejuangnya tetapi kadang harus memerlukan beberapa generasi.

La Ode Balawa, keragaman respons masyarakat terhadap gerakan aktualisasi khasanah Kesultanan Buton adalah hal yang wajar dana pada akhirnya akan ketemu pada satu kesadaran bahwa ternyata ada yng hilang dari diri Kita sebagai orang Buton. Kesadaran yang sama sedang dialami oleh Negara China sekarang ini, yang mulai mempertanyakan kembali ajaran Kongfusius yang sdh ditinggalkan bahkan nyaris dilupakan beberapa generasi.

Seperti yang diberitakan Harian Kompas (Kamis 10/3/2011) dengan mengutip stasiun televisi CNN, Rabu (9/3), menayangkan sekolah-sekolah di mana anak-anak sekolah mulai diajari sekaligus diingatkan soal ajaran filsuf China, Konfusius. CNN juga menyebutkan latar belakang kebangkitan kembali ajaran Konfusius, yang hidup sekitar 2.500 tahun lalu.
Dalam situs The Diplomat, Ulara Nakagawa, seorang editor yang berbasis di Tokyo, juga menuliskan kebangkitan ajaran Konfusius berjudul ”The Confucian Comeback” pada 2 Maret lalu.

Menurut Nakagawa, hampir sulit ditemukan kaitan antara ajaran Konfusius dan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari di China. Saat Kompas berkunjung ke China, banyak pihak yang menertawakan ketika ditanyakan apakah Konfusius menjadi penyebab kebangkitan ekonomi.

Salah satu ajaran Konfusius yang paling menonjol adalah rakyat harus tunduk kepada pemerintah, tetapi pemerintah juga harus sadar dengan predikat sebagai pemimpin, yang berbakti sepenuhnya demi kepentingan rakyat.
Konfusius mengajarkan kepada semua kelas masyarakat, termasuk rohaniwan, pedagang, dan militer, untuk tahu fungsi masing-masing dan hidup saling mengisi, bukan saling mengacaukan. Kesabaran, ketekunan, dan sikap mementingkan keharmonisan juga merupakan salah satu ajaran Konfusius, yang hidup ketika China pernah menjalani kehidupan barbar.
Identitas diri
Daniel Bell, penulis buku China’s New Confucianism: Politics and Everyday Life in a Changing Society, menuturkan latar belakang kebangkitan ajaran Konfusius.
Pada era Revolusi Kebudayaan di bawah pemimpin China, Mao Zedong, ajaran Konfusius diharamkan. Namun, para pemimpin China sekarang mulai menunjukkan pentingnya ajaran Konfusius.

Bell mengatakan, ajaran Karl Marx tidak lagi berlaku walau China tergolong sebagai komunis. Karena itu, China mengalami krisis ideologi sehingga memilih untuk membangkitkan ideologi lain. Namun, China enggan menerima ajaran ideologi Barat, seperti demokrasi. Karena itu, kata Bell, China kini memilih ideologi yang sesuai dengan budaya sendiri dan tumbuh di negara sendiri. Ideologi seperti itu kini semakin dibutuhkan sehubungan dengan tampilnya China sebagai kekuatan ekonomi terbesar nomor dua di dunia.
Dalam kehidupan sosial, menurut Bell, ajaran Konfusius juga menjadi pilihan pas. Di tengah kebangkitan ekonomi China, muncul juga gejala kemerosotan soal tanggung jawab sosial akibat sistem kapitalisme yang secara de facto diterapkan di China.
Ajaran Konfusius, yang menekankan tanggung jawab individu sebagai bagian dari masyarakat, juga dianggap tepat bagi masyarakat China untuk tidak lupa akan tanggung jawabnya.

2 komentar:

PUSAT STUDI WAKATOBI mengatakan...

Banyak negara di dunia yang memiliki kemajuan teknologi, tetapi mereka masih tetap memiliki identitas dirinya, sebagai sebuah bangsa

PUSAT STUDI WAKATOBI mengatakan...

dikirim
oleh
Lim Othe
Maaf aq tidak bisa memposting komentarku terhadap artikan yang berjudul mari belajar dari cina maka saya gunakan dinding ini untuk memberikan komentar tentang pengalaan saya selama bekerja dengan orang cina (siw Poh enterprice=mohon maaf kalau salah penulisan ini maklum keterbatasan kami) bahwa tulisan tersebusangat te...oritis buat s...aya pahami, saya pernah bekerja dengan orang cina selama 4 tahun tapi budaya dan kepercayaan mereka terhadap mitos pemimpin yang membawa rezeki tetap mereka yakini, bahkan siw poh enterprice (siw poh) mengatakan bahwa rezeki itu akan terlihat dari ciri fisik manusia sehingga tidak sembarang untuk menunjuk orang menjad...i pimpinan (nahkoda kapalnya) minimal mereka cari ciri fisiknya terlihat tanda bahwa yang bersangkutan tidak susah mendatangkan rezeki, sehingga kalau belajar kecina saya belum pernah tapi belajar sama orang cina aku pernah lakukan, makasih atas kiriman pesannya