Langsung ke konten utama

Simak Ini: Tari Lariangi dari Wakatobi! Selasa, 3 Agustus 2010 | 21:58 WIB

Yul Adriansyah
Tari Lariangi
KOMPAS.com — Tari Lariangi merupakan tarian yang mengandung makna tersendiri, mulai dari pakaian serta gerakannya. Bentuk tarian yang berasal dari Kaledupa, pelantunnya sudah berumur 70 tahun-an. Generasi muda tidak ada lagi yang punya pengetahuan tentang itu, merevitalisasi keragaman budaya Wakatobi yang sudah terancam punah.
Pada bagian kepala disebut Panto dan Pintoru melambangkan derajat bangsawan, Hepupu/Konde melambangkan Kerajaan Buton, Bunga Konde melambangkan Pagar Beton Keraton, dan Toboy atas bawah kamba melambangkan prajurit-prajurit penjaga pasar benteng keraton.
Selain itu, ada yang namanya Hebindu atau Sangi-sangi yang melambangkan Fatimah (istri Nabi Muhammad SAW), kalung melambangkan matahari dan bulan, Naga melambangkan penjaga benteng keraton, Sekori dan Gelang bersusun melambangkan derajat bangsawan, Kombo tipis melambangkan gadis perawan atau wanita cantik yang sudah menikah, pelapis Kombo berwarna jingga melambangkan sore hari, Punto/Wuray Nibelo dasar hitam melambangkan malam hari, dan manik-manik putih melambangkan cahaya alam.
Sedangkan Laka/Sarung merah melambangkan Ratu Wa Kaa-Kaa karena saat dinobatkan menjadi Raja Buton pertama menggunakan sarung merah, Kipas Lariangi melambangkan kesejukan di dalam istana kerajaan, serta sapu tangan Lariangi melambangkan lap keringat Raja Buton.
Gerakan tari Lariangi, sebelum dan sesudah selalu diiringi dengan perkataan le..le..., maksudnya, tari Lariangi siap ditampilkan, begitu pun sebaliknya. Dia menyebutkan, tari Lariangi ini ditutup dengan Pajogi yang diapit dua orang laki-laki mengibing, setelah itu diisi dengan cendramata apa saja, lalu disimpan di atas talang penghormatan oleh para penari.
Tari Lariangi merupakan satu dari beberapa tarian yang diusulkan dalam memorandum of understanding (MOU) atau nota kesepahaman yang dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk mematenkan seni budaya yang ada di Nusantara ke UNESCO sebagai salah satu badan PBB yang menangani pendidikan dan keragaman budaya dan tradisi masyarakat yang ada di Wakatobi, serta beberapa situs sejarah dan tarian daerah, di antaranya, benteng Watima di Binongko, Benteng Patua di Tomia, dan Benteng Lia di Wangi-Wangi Selatan. Untuk tarian, di antaranya, tari Eja-eja dan Kuiramba dari Tomia, tari Badanda dari Binongko, tari Lariangi dari Kaledupa, dan tari Kenta-kenta dari Wangi-Wangi. Seni budaya tersebut merupakan bagian dari tradisi lisan yang perlu dilestarikan sebagai salah satu kekayaan daerah.
Lokasi Pemotretan: Pulau Kaledupa, Wakatobi, Sulawesi Tenggara
(Asosiasi Tradisi Lisan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGUNGKAP KETOKOHAN MUHAMMAD IDRUS

 Oleh Dr. La Niampe, M.Hum [2] 1.       Siapakah Muhammad Idrus itu? Muhammad Idrus adalah Putra Sultan Buton ke-27 bernama La Badaru (1799-1823). Ia diperkirakan lahir pada akhir abad ke-18. Dilihat dari silsilah keturunannya, Beliau termasuk keturunan ke-16 dari raja Sipanjonga; raja Liya dari tanah Melayu yang pernah berimigrasi ke negeri Buton (lihat silsilah pada lampiran). Dalam naskah ”SILSILAH RAJA-RAJA BUTON” Muhammad Idrus memiliki 33 orang istri dan dikaruniai anak berjumlah 97 orang, dua orang di antaranya terpilih menjadi Sultan Buton, yaitu Muhammad Isa sebagai Sultan Buton ke-31 (1851-1861) dan Muhammad Salih sebagai Sultan Buton ke-32 (1861-1886). 2. Nama dan Gelar             Muhammad Idrus adalah nama lengkapnya. Selain itu ia juga memiliki cukup banyak tambahan atau gelaran sebagai berikut: a.       La Ode La Ode adalah gelaran bangsaw...

Buku Tembaga dan Harta karun Wa Ode Wau dalam Pelayaran Tradisional Buton

Oleh: Sumiman Udu Dalam suatu diskusi dengan teman-teman di beberapa jejaring sosial, banyak yang membicarakan tentang harta karun Wa Ode Wau. Dimana sebagian dari mereka ada yang mengatakan bahwa harta itu masih milyaran Gulden, dan ada yang mengatakan bahwa harta karun itu tersimpan di gua-gua, ada juga yang mengatakan bahwa harta itu tersimpan di dalam tanah dan ditimbun. Berbagai klaim itu memiliki dasar sendiri-sendiri. Namun, kalau kita melihat bagaimana Wa Ode Wau memberikan inspirasi pada generasinya dalam dunia pelayaran, maka harta itu menjadi sangat masuk akal. Banyak anak cucu Wa Ode Wau (cucu kultural) yang saat ini memiliki kekayaan milyaran rupiah. Mereka menguasai perdagangan antar pulau yang tentunya di dapatkan dari leluhur mereka di masa lalu. Dalam Makalah yang disampaikan yang disampaikan dalam seminal nasional Sejarah itu, beliau mengatakan bahwa sebutan sebagai etnik maritim yang ada di Buton, sangat pantas diberikan kepada pelayar-pelayar asal kepulauan t...

Harta Kekayaan Wa Ode Wau: Antara Misteri dan Inspirasi

 Oleh: Sumiman Udu Kisah Tentang Wa Ode Wau sejak lama telah menjadi memori kolektif masyarakat Buton. Kekayaannya, Kerajaan Binisnya hingga kemampuannya memimpin kerjaan itu. Semua itu telah menjadi sebuah misteri bagi generasi muda Buton dewasa ini. Dari satu generasi ke generasi berikutnya selalu berupaya untuk menemukan harta karun itu. Dan sampai saat ini belum pernah ada yang terinspirasi bagaimana Wa Ode Wau mengumpulkan harta sebanyak itu.