Oleh:
Sumiman Udu
Timbangi la
bhonto timbangi
Te togo
nolingka-lingkamo
Te lemba
atu nte sangia
To salane
nte ka’epea
|
Pikirkanlah la bhonto pikirkanlah
Kampung ini sudah mulai miring
Jabatan itu adalah suatu yang sakral
Kalau kita salah menjalankannya maka ada
konsekuensinya
|
Sepuluh
tahun kepemimpinan Hugua di Wakatobi yang di dampingi oleh Ediarto Rusmin
(periode pertama) dan Arhawi Ruda (perioder kedua) telah membawa Wakatobi
kepada salah satu kabupaten yang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus yang
diprioritaskan oleh negara sebagai salah satu kabupaten yang terpilih menjadi
10 destinasi wisata unggulan Indonesia. Namun, perlu kita renungkan kembali,
apakah prestasi itu sudah memiliki korelasi dengan kesejahteraan masyarakat Wakatobi?
bagaimana indeks pembangunan manusia Wakatobi? bagaimana tingkat kesehatan
masyarakat Wakatobi? Semua ini membutuhkan kesadaran berpikir kita yang lebih
jernih untuk memahami apa sebenarnya yang terjadi di Wakatobi.
Jawabanan atas
pertanyaan-pertanyaan itu, akan terjawab dengan realialitas sosial yang terjadi
di dalam masyarakat Wakatobi. Kesejahteraan (ketersediaan pangan dan sandang,
daya beli, lapangan kerja), tingkat kesehatan (kematian ibu dan anak, gizi
buruk), indeks sumber daya manusia Wakatobi (tingkat pendidikan,
profesionalisme, skill). Fakta-fakta itu seharusnya dijadikan sebagai bahan evaluasi
dan refleksi untuk menetapkan peta jalan politik pemerintahan kabupaten Wakatobi
di masa yang akan datang. Tentunya kita harus percaya pada pada pemimpin Wakatobi
ke depan, memiliki visi dan misi pembangunan yang ada dalam slogan Wakatobi bersinar.
Kita mengharapkan itu dapat meningkkatkan kesejahteraan masyarakat Wakatobi secara
adil, meningkatkan daya beli masyarakat Wakatobi, mendorong ketersediaan
sandang dan pangan? Pengurangan angka kematian ibu dan bayi, meningkatkan indkes sumber daya manusia Wakatobi
(beasiswa s2 dan s3) penciptanaan lapangan kerja dan pelatihan para pekerja
yang profesionalisme.
Untuk mewujudkan
itu semua, di pemerintahan kabupaten Wakatobi di masa yang akan datang dibutuhkan
stabilitas politik yang ditunjang oleh transparansi, penegakan hukum, serta
komitemen yang kuat yang tetap berpihak kepada kepentingan masyarakat Wakatobi.
karena stabilitas politik yang kuat, maka tidak menutup kemungkinan
pemerintahan Wakatobi di masa yang akan datang hanya akan disibukkan oleh
berbagai kasus politik yang akan melahirkan berbagai spekulasi dan ekpektasi,
mulai dari isu huku (korupsi, dan pelanggaran lainnya, isu ketidakadilan,
hingga isu-isu strategis lainya yang tentunya dapat menggoyangkan pemerintahan.
Oleh karena itu, persoalan transparansi, kebijakan yang adil dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat Wakatobi akan menentukan peta jalan politik Wakatobi ke
arah yang lebih baik.
Ada beberapa
tantangan pemerintahan Wakatobi di masa yang akan datang adalah (1) stabilttas
politik, (2) penegakan hukum (pemberantasan korupsi, terorisme dan narkoba) (3)
peningkatan kesejahteraan (ketersediaan pangan, sandang, lapangan kerja, daya
beli) (4) di bidang kesehatan, (5) peningkatan sumber daya manusia Wakatobi.
Dari kelima
masalah di atas, yang perlu dibenahi terlebih dahulu oleh pemerintahan ke depan
adalah secepatnya keluar dari kotak politik desember 2015, dimana pemerintah Wakatobi
hendaknya melakukan akselerasi warna politik biru – merah yang sampai hari ini
masih sangat kental. Polarisasi politik yang kental ini, sebenarnya dapat dikelola
dengan baik dan tetap dipertahankan sebagai control and balance pemerintahan ke
depan. Hanya saja jika dipelihara sebagai kontrol dan media penyeimbang dalam
koridor yang baik, ini akan melahirkan pemerintahan yang sehat, adil dan
transparan. Hanya saja jika tidak terkelola dengan baik, maka polarisasi ini
akan melahirkan gerakan-gerakan politik yang berpotensi untuk dapat menghambat
pembangunan kabupaten Wakatobi di masa yang akan datang. Di sini, proses
refleksi atas polarisasi itu penting untuk direnungkan oleh pemerintahan Wakatobi
yang akan datang.
Tantangan berikutnya
adalah penegakan hukum di kabupaten Wakatobi. Untuk itu, pemerintahan kabupaten Wakatobi ke
depan, harus ditunjang oleh semua pihak, baik pihak yudikatif dalam hal pemberantan korupsi, terorisme
dan narkoba di kabupaten Wakatobi. Untuk ini, kerja sama dengan pihak
legislatif, yudikati dan eksekiutif harus berjalan dengan baik. Pelaksanaan
pemerintahan harus diarahkan kepada perencanaan anggaran secara elektronik, sehingga
melahirkan transparansi pembangunan yang baik dan dapat melahirkan kontrol
masyarakat dan negara lebih kuat. Penegakan hukum berikutnya adalah
penanggulangan terorisme, karena aspek keamanan sangat diperlukan terutamad
alam mendukung pengembangan pariwisata Wakatobi sebagai 10 besar parwisata Indonesia.
Di isu ini, partisipasi publik atau pertahanan semesta harus dilakukan
secepatnya. Karena tingkat keamanan akan menjadikan Wakatobi sebagai daerah
tujuan wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di masa yang akan datang.
Selanjutnya, isu penting di bidang penegakan hukum di Wakatobi adalah pemberantasan
narkoba. Isu ini sangat strategis, karena narkoba dapat melahirkan banyak
persoalan beriktunya, seperti rusaknya moral pemuda yang pada akhirnya melemahkan daya saing dan disiplin yang sebenarnya sangat dituntut untuk pembangunan Wakatobi di masa yang akan datang.
Peta jalan
pembangunan ekonomi masyarakat Wakatobi terutama pembukaan lapangan kerja,
pengingkatan daya beli dan pembangunan jaringan ekonomi Wakatobi, tingkat
nasional dan internasional menjadi tantangan paling berat pemerintahan Wakatobi
lima tahun ke depan. Meningkatkan pengangguran intelektual (diploma dan
sarjana) yang semakin besar di Wakatobi merupakan tantangan berat yang paling
besar bagi pemerintahan Wakatobi di masa depan. Belum lagi masih banyaknya
angkatan kerja Wakatobi yang berpendidikan SMA ke bawah, serta kurangnyaa
keterampilan untuk menciptakan lapangan kerja, semakin memperberat tanggung
jawab pemerintah kabupaten Wakatobi di masa yang akan datang.
Satu yang
menarik dalam pembukaan lapangan kerja yang harus menjadi prioritas pemerintahan kabupaten Wakatobi ke depan, yaitu harus mampu menjawab persoalan
masyarakat Wakatobi, dimana pada sepuluh tahun terakhir, puluhan miliyar telah
dikucurkan dalam bentuk bantuan kerja dan modal kepada masyarakat, tetapi
ternyata masyarakat Wakatobi justru
melahirkan masyarakat Wakatobi yang memiliki ketergantungan yang tinggi
terhadap bantuan dari pemerintah. Ratusan kelompok petani, nelayan dan pedagang telah
dibentuk, tetapi hampir dapat dikatakan bahwa semua itu, sia-sia. Semua uang
bantuan itu, lenyap dan bahkan hanya melahirkan suatu sifat pasrah dan
terbentuk kelompok-kelompok yang dibuat hanya untuk menunggu bantuan. Pertanyaanya
ada apa? Di sini harus jeli dan menjadi refleksi yang murni untuk menemukan
titik kelemahan kita sebagai Wakatobi, karena ini bukan persoalan pemerintah
masa lalu, tetapi ada yang hilang dalam pembangunan masyarakat Wakatobi selama
ini. Apa itu, kita melupakan pembangunan nilai-nilai budaya dan nilai-nilai
sosial kita. Pada hal modal budaya (kejujuran, kerja keras, transparansi, ulat,
sabar) hampir kita gagal dalam membangunnya. Implikasinya adalah modal sosial
kita semakin tergerus, kita tidak saling percaya, saling curiga, saling
mengintai dan saling menghancurkan. Oleh karena itu, tantangan terbesar masyarakat
Wakatobi dan pemerintahan Wakatobi di masa yang akan datang adalah penguatan
kapasitas masyarakat, lembaga adat, lembaga sosial dan lembaga pemerintah
sendiri dalam membangun modal budaya dan modal sosial, sehingga melahirkan
pemerintahan yang kuat, berpegang teguh pada nilai-nilai budaya lokal kita,
membangun hubungan-hubungan sosial kita yang dapat mendukung pemerintahan lima
tahun kedepan. Karena jika kedua modal ini belum dapat diselesaikan atau
dibenahi, maka ratusan milyar atau bahkan “jika air Laut Banda diubah menjadi
tinta untuk mencetak uang, maka uang itu akan habis, dan masyarakat tidak akan
pernah berdaya secara finansial, karena mereka tidak memiliki mental untuk
mengelola modal finansial tersebut berkembang di dalam masyarakat Wakatobi.
Berikutnya,
tantangan masyarakat Wakatobi di masa yang akan datang adalah terbukanya
lapangan kerja. Meningkatnya pengangguran intelektual di dalam masyarakat Wakatobi
merupakan tantaangan luar biasa pemerintah ke depan. Tentunya pelatihan
mengenai keterampilan (pembangunan Balai latihan kerja) harus didorong secepatnya
untuk memberikan keterampilan tenaga kerja bagi masyarakat Wakatobi.
Saat ini,
perdagangan Masyarakat Ekonomi Asean telah terbangun, dan ini memungkinkan di
masa yang akan datang, barang-barang akan masuk ke Wakatobi. Di samping itu, Masyarakat
Ekonomi Asean juga dapat menjadikan persaingan tenaga kerja semakin ketat,
misalnya tengara trampil di bidang pariwisata dari berbagai negara Asean akan
datang bekerja di Wakatobi mengisi berbagai lowongan kerja di Wakatobi. Hotel-hotel
akan banyak bermunculan dan parahnya Wakatobi akan menajdi penonton di negeri
sendiri. Oleh karena itu, pemerintahan
ke depan harus mampu merencanakan pembukaa lapangan kerja dan sekaligus
penciptaan keterampilan kerja diberbagai tingakatan, baik pengangguran
intelektual maupun pengangguran lainnya harus dibekali dengan keterampilan
diberbagai bidang lainnya.
Persoalan
ekonomi Wakatobi yang tidak kalah pentingnya untuk menjadi tantangan
pemerintahan ke depan adalah masalah daya beli. Rendahnya perputaran uang yang
ada di Wakatobi merupakan indikator lemahnya daya beli di dalam masyarakat Wakatobi.
Dari beberapa pasar yang ada terlibat bahwa pergerakan uang masih sangat
ditentukan oleh tanggal muda, artinya bahwa pergerakan uang di pasar Wakatobi masih
digerakan oleh belanja pegawai negeri sipil. Dimana terlihat bahwa setiap
tanggal muda pasar sedikit bergerak, sementara di tanggal-tanggal tua ekonomi
seakan berhenti.
Dengan demikian,
pemerintahan kabupaten Wakatobi ke depan, penuh dengan tantangan dan harapan. Ini
menunjukan bahwa ada beban berat yang ada di pundak pemimpin Wakatobi di masa
yang akan datang.
Mari kita
sambut pemimpin Wakatobi yang baru H. Arhawi
Ruda, SE., dan Ilmiati Daud (periode
2016-2011), dan mari kita mengucapkan terima kasih kepada pemimpin Wakatobi yang
lama Ir. Hugua, dan H. Arhawi Ruda . Hanya dengan niat tulus
dan kerja keras serta membangun solidaritas yang tinggi yang dapat membawa
negeri kita Wakatobi menuju kepada suatu negeri yang membanggakan kita semua.
Negeri yang sejahtera, adil dan makmur.
Bersambung ........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar