Sabtu, 25 Juni 2016

PETA JALAN PEMBANGUNAN WAKATOBI: TANTANGAN DAN HARAPAN (bagian 1)



Oleh:
Sumiman Udu

Timbangi la bhonto timbangi
Te togo nolingka-lingkamo

Te lemba atu nte sangia
To salane nte ka’epea

Pikirkanlah la bhonto pikirkanlah
Kampung ini sudah mulai miring

Jabatan itu adalah suatu yang sakral
Kalau kita salah menjalankannya maka ada konsekuensinya

            
    Peta politik Wakatobi telah membawa wajah baru pemimpin Wakatobi dalam beberapa hari ke depan. Setidaknya, pemimpin lama Wakatobi Ir. Hugua telah sukses melakukan proses pemilihan demokrasi yang melahirkan pemimpin baru Wakatobi. Tentunya, masyarakat Wakatobi membutuhkan sebuah peta jalan politik yang dapat membawa perubahan Wakatobi ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang. Peta pembangunan kabupaten Wakatobi yang lebih memihak kepada kepentingan rakyat, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat Wakatobi.
                Sepuluh tahun kepemimpinan Hugua di Wakatobi yang di dampingi oleh Ediarto Rusmin (periode pertama) dan Arhawi Ruda (perioder kedua) telah membawa Wakatobi kepada salah satu kabupaten yang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus yang diprioritaskan oleh negara sebagai salah satu kabupaten yang terpilih menjadi 10 destinasi wisata unggulan Indonesia. Namun, perlu kita renungkan kembali, apakah prestasi itu sudah memiliki korelasi dengan kesejahteraan masyarakat Wakatobi? bagaimana indeks pembangunan manusia Wakatobi? bagaimana tingkat kesehatan masyarakat Wakatobi? Semua ini membutuhkan kesadaran berpikir kita yang lebih jernih untuk memahami apa sebenarnya yang terjadi di Wakatobi.
Jawabanan atas pertanyaan-pertanyaan itu, akan terjawab dengan realialitas sosial yang terjadi di dalam masyarakat Wakatobi. Kesejahteraan (ketersediaan pangan dan sandang, daya beli, lapangan kerja), tingkat kesehatan (kematian ibu dan anak, gizi buruk), indeks sumber daya manusia Wakatobi (tingkat pendidikan, profesionalisme, skill). Fakta-fakta itu seharusnya dijadikan sebagai bahan evaluasi dan refleksi untuk menetapkan peta jalan politik pemerintahan kabupaten Wakatobi di masa yang akan datang. Tentunya kita harus percaya pada pada pemimpin Wakatobi ke depan, memiliki visi dan misi pembangunan yang ada dalam slogan Wakatobi bersinar. Kita mengharapkan itu dapat meningkkatkan kesejahteraan masyarakat Wakatobi secara adil, meningkatkan daya beli masyarakat Wakatobi, mendorong ketersediaan sandang dan pangan? Pengurangan angka kematian ibu dan bayi,  meningkatkan indkes sumber daya manusia Wakatobi (beasiswa s2 dan s3) penciptanaan lapangan kerja dan pelatihan para pekerja yang profesionalisme.
Untuk mewujudkan itu semua, di pemerintahan kabupaten Wakatobi di masa yang akan datang dibutuhkan stabilitas politik yang ditunjang oleh transparansi, penegakan hukum, serta komitemen yang kuat yang tetap berpihak kepada kepentingan masyarakat Wakatobi. karena stabilitas politik yang kuat, maka tidak menutup kemungkinan pemerintahan Wakatobi di masa yang akan datang hanya akan disibukkan oleh berbagai kasus politik yang akan melahirkan berbagai spekulasi dan ekpektasi, mulai dari isu huku (korupsi, dan pelanggaran lainnya, isu ketidakadilan, hingga isu-isu strategis lainya yang tentunya dapat menggoyangkan pemerintahan. Oleh karena itu, persoalan transparansi, kebijakan yang adil dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Wakatobi akan menentukan peta jalan politik Wakatobi ke arah yang lebih baik.
Ada beberapa tantangan pemerintahan Wakatobi di masa yang akan datang adalah (1) stabilttas politik, (2) penegakan hukum (pemberantasan korupsi, terorisme dan narkoba) (3) peningkatan kesejahteraan (ketersediaan pangan, sandang, lapangan kerja, daya beli) (4) di bidang kesehatan, (5) peningkatan sumber daya manusia Wakatobi.
Dari kelima masalah di atas, yang perlu dibenahi terlebih dahulu oleh pemerintahan ke depan adalah secepatnya keluar dari kotak politik desember 2015, dimana pemerintah Wakatobi hendaknya melakukan akselerasi warna politik biru – merah yang sampai hari ini masih sangat kental. Polarisasi politik yang kental ini, sebenarnya dapat dikelola dengan baik dan tetap dipertahankan sebagai control and balance pemerintahan ke depan. Hanya saja jika dipelihara sebagai kontrol dan media penyeimbang dalam koridor yang baik, ini akan melahirkan pemerintahan yang sehat, adil dan transparan. Hanya saja jika tidak terkelola dengan baik, maka polarisasi ini akan melahirkan gerakan-gerakan politik yang berpotensi untuk dapat menghambat pembangunan kabupaten Wakatobi di masa yang akan datang. Di sini, proses refleksi atas polarisasi itu penting untuk direnungkan oleh pemerintahan Wakatobi yang akan datang.
Tantangan berikutnya adalah penegakan hukum di kabupaten Wakatobi. Untuk itu, pemerintahan kabupaten Wakatobi ke depan, harus ditunjang oleh semua pihak, baik pihak yudikatif dalam hal pemberantan korupsi, terorisme dan narkoba di kabupaten Wakatobi. Untuk ini, kerja sama dengan pihak legislatif, yudikati dan eksekiutif harus berjalan dengan baik. Pelaksanaan pemerintahan harus diarahkan kepada perencanaan anggaran secara elektronik, sehingga melahirkan transparansi pembangunan yang baik dan dapat melahirkan kontrol masyarakat dan negara lebih kuat. Penegakan hukum berikutnya adalah penanggulangan terorisme, karena aspek keamanan sangat diperlukan terutamad alam mendukung pengembangan pariwisata Wakatobi sebagai 10 besar parwisata Indonesia. Di isu ini, partisipasi publik atau pertahanan semesta harus dilakukan secepatnya. Karena tingkat keamanan akan menjadikan Wakatobi sebagai daerah tujuan wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di masa yang akan datang. Selanjutnya, isu penting di bidang penegakan hukum di Wakatobi adalah pemberantasan narkoba. Isu ini sangat strategis, karena narkoba dapat melahirkan banyak persoalan beriktunya, seperti rusaknya moral pemuda yang pada akhirnya melemahkan daya saing dan disiplin yang sebenarnya sangat dituntut untuk pembangunan Wakatobi di masa yang akan datang.
Peta jalan pembangunan ekonomi masyarakat Wakatobi terutama pembukaan lapangan kerja, pengingkatan daya beli dan pembangunan jaringan ekonomi Wakatobi, tingkat nasional dan internasional menjadi tantangan paling berat pemerintahan Wakatobi lima tahun ke depan. Meningkatkan pengangguran intelektual (diploma dan sarjana) yang semakin besar di Wakatobi merupakan tantangan berat yang paling besar bagi pemerintahan Wakatobi di masa depan. Belum lagi masih banyaknya angkatan kerja Wakatobi yang berpendidikan SMA ke bawah, serta kurangnyaa keterampilan untuk menciptakan lapangan kerja, semakin memperberat tanggung jawab pemerintah kabupaten Wakatobi di masa yang akan datang.
Satu yang menarik dalam pembukaan lapangan kerja yang harus menjadi prioritas pemerintahan kabupaten Wakatobi ke depan, yaitu harus mampu menjawab persoalan masyarakat Wakatobi, dimana pada sepuluh tahun terakhir, puluhan miliyar telah dikucurkan dalam bentuk bantuan kerja dan modal kepada masyarakat, tetapi ternyata masyarakat Wakatobi  justru melahirkan masyarakat Wakatobi yang memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap bantuan dari pemerintah. Ratusan kelompok petani, nelayan dan pedagang telah dibentuk, tetapi hampir dapat dikatakan bahwa semua itu, sia-sia. Semua uang bantuan itu, lenyap dan bahkan hanya melahirkan suatu sifat pasrah dan terbentuk kelompok-kelompok yang dibuat hanya untuk menunggu bantuan. Pertanyaanya ada apa? Di sini harus jeli dan menjadi refleksi yang murni untuk menemukan titik kelemahan kita sebagai Wakatobi, karena ini bukan persoalan pemerintah masa lalu, tetapi ada yang hilang dalam pembangunan masyarakat Wakatobi selama ini. Apa itu, kita melupakan pembangunan nilai-nilai budaya dan nilai-nilai sosial kita. Pada hal modal budaya (kejujuran, kerja keras, transparansi, ulat, sabar) hampir kita gagal dalam membangunnya. Implikasinya adalah modal sosial kita semakin tergerus, kita tidak saling percaya, saling curiga, saling mengintai dan saling menghancurkan. Oleh karena itu, tantangan terbesar masyarakat Wakatobi dan pemerintahan Wakatobi di masa yang akan datang adalah penguatan kapasitas masyarakat, lembaga adat, lembaga sosial dan lembaga pemerintah sendiri dalam membangun modal budaya dan modal sosial, sehingga melahirkan pemerintahan yang kuat, berpegang teguh pada nilai-nilai budaya lokal kita, membangun hubungan-hubungan sosial kita yang dapat mendukung pemerintahan lima tahun kedepan. Karena jika kedua modal ini belum dapat diselesaikan atau dibenahi, maka ratusan milyar atau bahkan “jika air Laut Banda diubah menjadi tinta untuk mencetak uang, maka uang itu akan habis, dan masyarakat tidak akan pernah berdaya secara finansial, karena mereka tidak memiliki mental untuk mengelola modal finansial tersebut berkembang di dalam masyarakat Wakatobi.
Berikutnya, tantangan masyarakat Wakatobi di masa yang akan datang adalah terbukanya lapangan kerja. Meningkatnya pengangguran intelektual di dalam masyarakat Wakatobi merupakan tantaangan luar biasa pemerintah ke depan. Tentunya pelatihan mengenai keterampilan (pembangunan Balai latihan kerja) harus didorong secepatnya untuk memberikan keterampilan tenaga kerja bagi masyarakat Wakatobi.
Saat ini, perdagangan Masyarakat Ekonomi Asean telah terbangun, dan ini memungkinkan di masa yang akan datang, barang-barang akan masuk ke Wakatobi. Di samping itu, Masyarakat Ekonomi Asean juga dapat menjadikan persaingan tenaga kerja semakin ketat, misalnya tengara trampil di bidang pariwisata dari berbagai negara Asean akan datang bekerja di Wakatobi mengisi berbagai lowongan kerja di Wakatobi. Hotel-hotel akan banyak bermunculan dan parahnya Wakatobi akan menajdi penonton di negeri sendiri. Oleh  karena itu, pemerintahan ke depan harus mampu merencanakan pembukaa lapangan kerja dan sekaligus penciptaan keterampilan kerja diberbagai tingakatan, baik pengangguran intelektual maupun pengangguran lainnya harus dibekali dengan keterampilan diberbagai bidang lainnya.
Persoalan ekonomi Wakatobi yang tidak kalah pentingnya untuk menjadi tantangan pemerintahan ke depan adalah masalah daya beli. Rendahnya perputaran uang yang ada di Wakatobi merupakan indikator lemahnya daya beli di dalam masyarakat Wakatobi. Dari beberapa pasar yang ada terlibat bahwa pergerakan uang masih sangat ditentukan oleh tanggal muda, artinya bahwa pergerakan uang di pasar Wakatobi masih digerakan oleh belanja pegawai negeri sipil. Dimana terlihat bahwa setiap tanggal muda pasar sedikit bergerak, sementara di tanggal-tanggal tua ekonomi seakan berhenti.
Dengan demikian, pemerintahan kabupaten Wakatobi ke depan, penuh dengan tantangan dan harapan. Ini menunjukan bahwa ada beban berat yang ada di pundak pemimpin Wakatobi di masa yang akan datang.
Mari kita sambut pemimpin Wakatobi yang baru H. Arhawi Ruda, SE., dan Ilmiati Daud (periode 2016-2011), dan mari kita mengucapkan terima kasih kepada pemimpin Wakatobi yang lama Ir. Hugua, dan H. Arhawi Ruda . Hanya dengan niat tulus dan kerja keras serta membangun solidaritas yang tinggi yang dapat membawa negeri kita Wakatobi menuju kepada suatu negeri yang membanggakan kita semua. Negeri yang sejahtera, adil dan makmur.
Bersambung ........

Tidak ada komentar: