Oleh : Sumiman Udu
Uwi pada gambar
di atas adalah salah satu jenis Uwi yang dikenal oleh masyarakat Wakatobi Sulawesi
Tenggara dengan nama Opa larantuka.
Nama yang merujuk pada nama daerah Larantuka di Nusa Tenggara Timur. Ini menunjukan
bahwa sejak dahulu kala, telah terjadi kontak dagang dalam pelayaran
tradisional masyarakat Wakatobi Buton dengan masyarakat larantuka di Nusa
tenggara timur. Kesadaran kolektif masyarakat Buton bahwa orang timur adalah
saudara kita bukan hanya pada faham ideologis, tetapi juga dibuktikan dalam
beberapa etnobotani yang ada di daerah ini.
Kosa kata
etnobatani yang yang juga merujuk pada kedekatan kultural dengan masyarakat di
Nusa tenggara timur adalah dikenalnya gula merah di Wakatobi dengan sebutan
Gula Rote. Penggunaan istilah ini biasanya dihubungkan dengan asal-usul bahan
makanan tersebut. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa Opa Parantuka
merupakan salah satu jenis Uwi yang didatangkan dari larantuka. Hal ini sejalan
dengan aktivitas bisnis gula aren yang sampai hari ini masih berlangsung antara
masyarakat rote dan masyarakat Wakatobi.
Di samping itu, pohon
kosambi yang mirip buah kelengkeng di
Jawa dikenal dengan kasambi di Kupang Nusa Tenggara timur. Kedekatan nama ini, menunjukan
bahwa secara kultural masyarakat Wakatobi dan Masyarakat di Nusa Tenggara Timur
memiliki kedekatan kultural, karena nama-nama tanaman yang hampir sama tersebut
menunjukan bahwa di zaman dulu sudah pernah ada kontak sosial.
Dalam tradisi
lisan masyarakat Kapota, mereka mengatakan bahwa sebagian penduduk Kapota Wakatobi
adalah sisa-sisa pasukan alor yang ditugaskan untuk membantuk menghalau
parompak Tobelo dan Ternate di pulau itu. Kerja sama kesultanan Buton dengan
Kerajaan Alor diperlihatkan dengan kehadiran pasukan tersebut, dan sampai saat
ini masih ada sisa-sisa pasukan itu di pulau Kapota. Apakah opa larantuka hadir
bersama dengan bahan makanan pasukan alor? Sampai saat ini belum ada penelitian
atau data yang menunjuk ke arah bukti itu. Tetapi apakah Opa larantuka di bawa
oleh para pelayar yang membeli Opa larantuka sewaktu mereka mengambil air minum
di sana? Ya, terdapat juga kemungkinan. Tetapi satu yang pasti bahwa orang Wakatobi
mengenal nama bahan pangan itu sebagai opa
larantuka.
Pada tahun yang
lalu, bupati Wakatobi Ir. Hugua bersama rombongan berangkat ke Nusa Tenggara Timur
untuk menjalin kerja sama dengan salah satu pemerintah kabupaten di Nusa Tenggara
Timur dengan harapan ingin membangun jalur selatan-selatan, telah melahirkan
komitmen bersama untuk membuka jalur pelayaran kapal veri Wakatobi NTT.
Jalur-jalur perdagangan tradisional yang pernah dihubungkan oleh perahu karoro,
hendaknya dihidupkan kembali guna meningkatkan kesejahteraan dua daerah.
Keberadaan Wakatobi
sebagai jalur transportasi Indonesia barat dan timur, bagian utara dan selatan,
berpotensi untuk dikembangkan menjadi sentral (pasar) berbagai jenis komoditas
yang berasal dari NTT, termasuk pasar gula rote, pisang, kambing, bawang merah dan
ayam. Sementara dari daerah Maluku, akan datang berbagai hasil-hasil perkebunan
seperti cengkeh, pala, kopra dan berbagai hasil perkebunan dan hutan lainnya.
Terbukanya bandara Matahora Wakatobi telah memberikan harapan baru untuk
membuka kembali jalur pelayaran tradisional dalam model transformasinya ke
kapal veri, kapal cepat, dan pesawat terbang yang melayani rute NTT dan Wakatobi,
dan seluruh hasil-hasil itu akan langsung didistribusikan ke berbagai daerah di
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar