Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2010

Perempuan dalam Kabanti

Oleh: Sumiman Udu Telah hadir ke hadapan Anda sebuah buku "Perempuan dalam Kabanti: TinjaunSosiofeminis. Buku menbicarakan tentang Citra Perempuan di dalam masyarakat Wakatobi yang direpresentasikan di dalam teks-teks kabanti. Di dalam buku itu, perempuan di gambarkan sebagai sosok yang berdaya dan tidak berdaya, karena, budaya banyak berperan dalam membentuk citra perempuan. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa perempuan Wakatobi memiliki ruang untuk tunduk dan patuh pada adat dan budaya, tetapi juga berpeluang untuk menjadi kekuatan dalam pembangunan Wakatobi ketika mereka diberi kesempatan dalam mengisi pembangunan Wakatobi. Di samping itu, mereka juga harus memilih untuk mengikuti ilmu pengetahuan dan teknologi, sebab tanpa ilmu pengetahuan, sangat sulit untuk melibatkan perempuan dalam pembangunan Wakatobi baik di dalam ruang publik maupun di ruang domestik yang menyiapkan anak-anak Wakatobi dalam memasuki dunia yang kompetetif di masa depan. Untuk kepentingan inilah, ...

Temuan Dokumen Sejarah Buton di Negeri Belanda

Oleh: Suriadi http://niadilova.blogdetik.com/2009/05/25/temuan-dokumen-sejarah-sulawesi-tenggara-surat-tertua-kerajaan-buton-dari-abad-ke-17/ Pendahuluan Dalam studi pernaskahan Nusantara, genre surat sudah menjadi objek kajian tersendiri yang telah menarik para peneliti untuk membahas kandungan isi, iluminasi, bahasa dan aksara, mohor/cap, serta aspek historisnya. Umumnya surat-surat Melayu dari abad ke-17 yang sekarang masih tersimpan di beberapa perpustakaan di dunia dianggap cukup tua, meskipun tercatat ada dua pucuk surat yang dikirim oleh Sultan Ternate yang masih kecil, Bayan Sirullah, kepada Raja Portugal, John III, masing-masing bertarikh 1521 dan 1522 yang menurut C.O. Blagden [1] dan Annbel Teh Gallop [2] (1994:120, 123) adalah naskah Melayu yang tertua di dunia. [3] Kedua pucuk surat itu sekarang tersimpan di Arquivos Nacionais Torre do Tombo, Cidade Universitaria, Lisabon, Portugal. Dalam artikel ini saya membahas sepucuk surat berusi...

La Ngkolee..,

Oleh: La Ode Yusri Ngkolee.., Kini waktu mu tiba Tanah Jawa memanggilmu datang Kalau pergi, pergilah Tapi ingatlah kau pada ini tanah Tanah tempat kali pertama Darah kau mengalir basah Tanah tempat kali pertama Kau hirupi udaranya Tanah tempat kali pertama Kau lolongi ia dengan tangismu Tanah tempat ari mu Ditanamkan Gu Lakudo mu Serambinya butuuni Selirnya munajat Ingat-ingatlah kau Nak.. Sebagaimana Murhum Rindu pada tanah ini Lalu mengambilnya masuk Dalam rengkuh kuasanya Sebagaimana Wolio Agung meninggikan tanah ini Tak ada lakina dari tanah ini Yang sembah turunkan topi Setiap kali maju menghadap sultan Sebagaimana telah diadatkan Diwajibkan pada lakina tanah lain Sebagai balas atas budi Karena tangan dari tanah ini Umbunowulu ditekuk takluk Negeri bangkang menantang Kuat merongrong kesultanan Melawan tak patuh titah Sultaan Bahkan kapal kapal utusan kerajaan Tak pernah sampai menjangkau tanah negeri itu Terkenal sakti dan bertuah mantera ne...

Jejaring Pelaku Wisata Belum Terlihat

Rabu, 27 Oktober 2010 | 16:09 WIB KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta atau PASTY yang berlokasi di Dongkelan, Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogyakarta saat ini menjadi tempat tujuan wisata baru bagi wisatawan mancanegara dan domestik, sebagaimana terlihat pada Kamis (20/5/2010). Jejaring Pelaku Wisata Belum Terlihat Rabu, 27 Oktober 2010 | 16:09 WIB KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta atau PASTY yang berlokasi di Dongkelan, Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogyakarta saat ini menjadi tempat tujuan wisata baru bagi wisatawan mancanegara dan domestik, sebagaimana terlihat pada Kamis (20/5/2010).

Pertemuan Terakhir dengan Mbah Marijan

Yogyakarta, 27 Oktober 2010 Jumat, 15 Oktober lalu, Tim Mahasiswa S3 KTL FIB Universitas Gajah Mada berkunjung ke rumah Mbah Marijan. Setelah Shalat Jumat berjamaah, di mesjid dekat rumahnya, Mbah Marijan menjelaskan tentang keyakinannya menjaga gunung Merapi. Dalam perjalanan itu, sebelum kami menemui Mbah Marijan, kami berkeliling menyaksikan bongkahan lahar yang tidak jauh dari rumah Mbah Marijian. Bongkahan lahar letusan Merapi tahun 2006. Rupanya perjalanan itu adalah perjalan terakhir untuk bertemu Mbah Marijan. Wawancara kami lakukan, tetapi Mbah Marijan menjelaskan dengan menggunakan bahasa Jawa. dan Aku Tak mengerti. Di ruang tamu rumahnya, ia memperlihatkan kesederhanaan hidup seorang manusia. Kepatuhan seorang hamba pada tuhannya. Mbah Marijan adalah tokoh yang perlu ditiru, karena ia tidak pernah mau lari dari tanggung jawabnya, walau ia harus berhadapan dengan fenomena alam yang belum tentu ia dapat atasi. Keyakinannya sebagai juru kunci Merapi telah membawanya, kep...

Tradisi Balumpa Masyarakat Wakatobi

  Wakatobi sebagai salah satu Kabupaten yang mendapatkan apresiasi dari pemerintah pusat, sehingga ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Bidang Pariwisata memilik berbagai tradisi dan atraksi budaya. Salah satu atraksi budaya yang dapat dinikmati oleh wisatawan yang datang ke Wakatobi adalah tarian Balumpa.  Tarian ini merupakan salah satu tradisi yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Wakatobi. Tarian ini lebih banyak dikenal sebagai tarian tradisional masyarakat Binongko. Tarian ini diiringi oleh musik gambus dengan irama Balumpa. Tarian ini dimainkan oleh Mudu mudi secara berpasangan, tetapi juga dapat dimainkan oleh orang tua.

PARADIGMA ILMU SOSIAL-BUDAYA - SEBUAH PANDANGAN

Oleh: Heddy Shri Ahimsa-Putra   1. Pengantar Sebelum “paradigma“ menjadi sebuah konsep yang populer, para ilmuwan sosial-budaya telah menggunakan beberapa konsep lain dengan makna yang kurang lebih sama, yakni: kerangka teoritis (theoretical framework), kerangka konseptual (concep-tual framework), kerangka pemikiran (frame of thinking), orientasi teoritis (theoretical orientation), sudut pandang (perspective), atau pendekatan (approach). Kini istilah pa-radigma sudah mulai banyak digunakan oleh ilmuwan sosial-budaya. Meskipun demi-kian, dalam buku ini istilah-istilah lama tersebut juga tetap akan digunakan, dengan makna yang kurang-lebih sama dengan paradigma (paradigm).   http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/C%20-%20FPBS/JUR.%20PEND.%20BHS.%20DAN%20SASTRA%20INDONESIA/197911162008012%20-%20AFI%20FADLILAH/&file=MHand%20out%20Met.Pen.Ling%20Paradigma%20Penelitian%20Ilmu%20Humaniora.pdf