Jumat, 15 Oktober lalu, Tim Mahasiswa S3 KTL FIB Universitas Gajah Mada berkunjung ke rumah Mbah Marijan. Setelah Shalat Jumat berjamaah, di mesjid dekat rumahnya, Mbah Marijan menjelaskan tentang keyakinannya menjaga gunung Merapi.
Dalam perjalanan itu, sebelum kami menemui Mbah Marijan, kami berkeliling menyaksikan bongkahan lahar yang tidak jauh dari rumah Mbah Marijian. Bongkahan lahar letusan Merapi tahun 2006. Rupanya perjalanan itu adalah perjalan terakhir untuk bertemu Mbah Marijan. Wawancara kami lakukan, tetapi Mbah Marijan menjelaskan dengan menggunakan bahasa Jawa. dan Aku Tak mengerti.
Di ruang tamu rumahnya, ia memperlihatkan kesederhanaan hidup seorang manusia. Kepatuhan seorang hamba pada tuhannya. Mbah Marijan adalah tokoh yang perlu ditiru, karena ia tidak pernah mau lari dari tanggung jawabnya, walau ia harus berhadapan dengan fenomena alam yang belum tentu ia dapat atasi.
Keyakinannya sebagai juru kunci Merapi telah membawanya, kepada sebuah tanggung jawab yang diembannya. Manusia seperti Mbah Marijan adalah manusia langka di tengah manusia Indonesia yang banyak mementingkan diri sendiri dan terpengaruh dengan masalah kehidupan yang serba materialisme.

Selamat jalan Mbah Marijan, pengorbananmu dan kesetiaanmu telah kau torehkan ke mata dunia bahwa masih ada orang yang mau berkorban untuk orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar