Yogyakarta, 24 April 2011
Pukul 00.30 WIB
Oleh:
Sumiman Udu
Senja itu, bukit lelemangura
bermandikan cahaya kekuningan
ditiup angin sepoi
mengantar dua jiwa yang rindu
dalam cinta dan dendam
yang membawa titah sang raja yang jauh
satu di selatan, dan satunya jauh di utara
Bekit lelemangura
Menjulang dibibir tebing indah
Di bawah mengalir air kehidupan
Membelah, memberi jiwa kehidupan
Memberi halus pada keganasan
Memberi reda pada impian
Bukit lelemangura
Senja itu, begitu matahari terbenam
Mempertemukan dua jiwa yang gelisah
Dalam lingkaran titah dan cinta
Bukit Lelemangura
Bukit kembar yang di tengahnya
Mengalir mata air
Memberi sejuk pada panas
Memberi damai pada dendam
Memberi Nyaman pada resah
Mendamaikan lelaki perkasa
Dalam dawai cinta yang rindu
Dengan irama napas yang kian memanas
Sepanas hati mereka yang terbakar
Bukit lelemangura
Menjadi saksi bisu
Pertemuan dua insan yang hampir dilupakan sejarah
Wakaaka, Gajah Mada
Lelemangura, berteriaklah
Bahwa keduanya bertemu
Walau tangan tidak berjabat
Mengantarkan lelaki ketidur panjangnya
Di majapahit
Sementara bambu itu menurunkan
anak-anak yang cantik
dan perempuan itu
kembali
ke kahyangan bersama enam putrinya
sedangkan yang Satu
melanjutkan mimpinya
menurunkan
raja-raja
dalam tiga sura atau amanah
dua di tanah Jawa dan satunya lagi
di luar pulau Jawa
Bukit Lelemangura
Kaulah sura yang ada di luar itu
Yang kini terabaikan
Karena kegelapan dan dendam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar