Langsung ke konten utama

TRANSFORMASI PERAHU LAMBO KE PEDAGANG KIOS DI KAWASAN MELANESIA (Bagian 2)




Kini generasi perahu karoro, berubah menjadi generasi pedagang kios yang tersebar di hampir seluruh kepuluan Maluku, dan bahkan hampir disetiap sudut kota Tobelo. Suatu transformasi sosial, yang kini menjadi alternatif, sekaligus kekuatan ekonomi yang berbasis UKM. Dengan bentangan pasar yang begitu besar, mereka mampu menguasai perekonomian di beberapa kota di Maluku. Kalau aset mereka perkiosnya adalah 50 juta rupiah, maka aset generasi karoro di kota Tobelo sangat besar karena generasi karoro di sekitar kota Tobelo hampir mencapai 400 kios. Ini merupakan potensi pasar yang sangat besar, hampir mencapai 20 milyar rupiah. Pasar yang seharusnya dapat diperhitungkan oleh perbankan, dan dapat dijadikan sebagai sumber PAD oleh pemerintah daerah.
Jika ini dilihat sebagai potensi pasar, maka semestinya sudah dapat dihitung oleh pemerintah di Wakatobi Buton sebagai sumber-sumber uang yang kelak akan berputar di Buton. Karena rata-rata mereka yang merantau ke negeri Maluku, tetapi memiliki rumah di kampung halaman. Ini merupakan sumber uang yang mengalir ke Wakatobi.
Generasi perahu karoro yang bertransformasi ke pedagang kios dan toko yang bergerak di Maluku dan Papua merupakan salah satu kekuatan ekonomi yang harus dihitung oleh siapapun. Jika formula perahu karoro yang tetap menginginkan anak-anak mereka sekolah, maka beberapa tahun ke depan, generasi mereka yang sarjana dan Master akan memasuki pasar ini dengan kekuatan maksimal. Jaringan bisnis yang mantap dan kredibilitas yang menjadi dasar mental wirausaha akan menjadian generasi karoro, mampu bersaing baik dalam konteks Kawasan Timur Nusantara, maupun Kawasan Barat, seperti memasuki pasar-pasar Asean, Eropa dan Amerika.
Jika kebijakan pemerintah mampu mendorong lompatan generasi perahu karoro yang terjun kedunia usaha, maka transformasi perahu karoro yang bersumber dari “Sekolahlah Nak, jangan kau berbantalkan gelombang”, akan berubah menjadi kekuatan ekonomi baru, termasuk dalam rancaanagan pembangunan Kawasan Eknomi Melanesia yang meliputi (Indonesia (Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, NTT, NTB, Papua, Papua Barat), Timur Leste, Vanuatu, Fiji, Kepulauan Solomon, dan Papua Nugini) harus dipikirkan sebagai salah satu pusat ekonomi dunia yang memiliki dan kaya sumber daya alam.
Tentunya, kesiapan generasi karoro, harus ditunjang oleh kemampuan mereka dalam memanfaatkan teknologi dalam berbagai aktivitas mereka, terutama dalam memasuki Kawasan Ekonomi Melanesia yang akan diwujudkan di masa yang akan datang. Mereka sudah harus siap memasuki kawasan itu, dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi. Di sisi yang lain, pemerintah pusat, kiranya dapat mendukung terwujudnya Kawasan Ekonomi Melanesia sebagai perwujudan dari ruang transformasi dari generasi karoro, dimana leluhur mereka pernah menjadi pemersatu wilayah ini selama berabad-abad. Dengan perahu karoro, mereka menghubungkan masyarakat Melanesia bahkan lintas batas-batas administra.

baca juga:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGUNGKAP KETOKOHAN MUHAMMAD IDRUS

 Oleh Dr. La Niampe, M.Hum [2] 1.       Siapakah Muhammad Idrus itu? Muhammad Idrus adalah Putra Sultan Buton ke-27 bernama La Badaru (1799-1823). Ia diperkirakan lahir pada akhir abad ke-18. Dilihat dari silsilah keturunannya, Beliau termasuk keturunan ke-16 dari raja Sipanjonga; raja Liya dari tanah Melayu yang pernah berimigrasi ke negeri Buton (lihat silsilah pada lampiran). Dalam naskah ”SILSILAH RAJA-RAJA BUTON” Muhammad Idrus memiliki 33 orang istri dan dikaruniai anak berjumlah 97 orang, dua orang di antaranya terpilih menjadi Sultan Buton, yaitu Muhammad Isa sebagai Sultan Buton ke-31 (1851-1861) dan Muhammad Salih sebagai Sultan Buton ke-32 (1861-1886). 2. Nama dan Gelar             Muhammad Idrus adalah nama lengkapnya. Selain itu ia juga memiliki cukup banyak tambahan atau gelaran sebagai berikut: a.       La Ode La Ode adalah gelaran bangsaw...

Buku Tembaga dan Harta karun Wa Ode Wau dalam Pelayaran Tradisional Buton

Oleh: Sumiman Udu Dalam suatu diskusi dengan teman-teman di beberapa jejaring sosial, banyak yang membicarakan tentang harta karun Wa Ode Wau. Dimana sebagian dari mereka ada yang mengatakan bahwa harta itu masih milyaran Gulden, dan ada yang mengatakan bahwa harta karun itu tersimpan di gua-gua, ada juga yang mengatakan bahwa harta itu tersimpan di dalam tanah dan ditimbun. Berbagai klaim itu memiliki dasar sendiri-sendiri. Namun, kalau kita melihat bagaimana Wa Ode Wau memberikan inspirasi pada generasinya dalam dunia pelayaran, maka harta itu menjadi sangat masuk akal. Banyak anak cucu Wa Ode Wau (cucu kultural) yang saat ini memiliki kekayaan milyaran rupiah. Mereka menguasai perdagangan antar pulau yang tentunya di dapatkan dari leluhur mereka di masa lalu. Dalam Makalah yang disampaikan yang disampaikan dalam seminal nasional Sejarah itu, beliau mengatakan bahwa sebutan sebagai etnik maritim yang ada di Buton, sangat pantas diberikan kepada pelayar-pelayar asal kepulauan t...

Harta Kekayaan Wa Ode Wau: Antara Misteri dan Inspirasi

 Oleh: Sumiman Udu Kisah Tentang Wa Ode Wau sejak lama telah menjadi memori kolektif masyarakat Buton. Kekayaannya, Kerajaan Binisnya hingga kemampuannya memimpin kerjaan itu. Semua itu telah menjadi sebuah misteri bagi generasi muda Buton dewasa ini. Dari satu generasi ke generasi berikutnya selalu berupaya untuk menemukan harta karun itu. Dan sampai saat ini belum pernah ada yang terinspirasi bagaimana Wa Ode Wau mengumpulkan harta sebanyak itu.