Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari 1, 2011

CHILDREN OF REEF

By. Sumiman Udu and Omar Pidani I swam over the sea restlessly Crawling through seabed of reefs relentlessly In search of the paths of my ancestors histories now crafted perfectly in our lullabies and telling stories . Hmm, they’ve all vanished tragically All these nests are burnt out into pieces And those sands are not things in common Yet, where is Kaluku Sara Where is Motika Where is Kaindea And where is Untu, Bungi and Sangia Don’t come and bother us, when we’re hopeless Don’t come and buy our piece of earth in the middle of our poverty Don’t ruin our live in the middle of our ignorance Stopi it please, stop it !! Stop all the lies As we’re human just like you We need food, shelter and love Not the crows’ humming Coming out of a lion’s mouth That resembles wolf’s death woofing We’re dying Because our tears are drained From fire you turn to dry them on The rest have spilled over To fill up the court’s room

MERAJUT KEINDONESIAAN

  oleh:  ABD RAHMAN HAMID Staf Pengajar Sejarah FIB Universitas Hasanuddin Pada kali pertama berkunjung ke Buton tahun 1999, bahkan hingga kini, saya mendengar perkataan bahwa “Buton bukan Indonesia”. Pasalnya, negeri ini tidak pernah dijajah oleh Belanda. Sehingga, dengan demikian, tidak memiliki pengalaman masa lalu yang sama dengan daerah-daerah lainnya untuk menjadi Indonesia. Lebih lanjut, Indonesia yang dihasilkan dari pergumulan pemikiran para pendirinya, pada sidang-sidang BPUPKI dan PPKI, juga ditegaskan dalam diktum 3 Perjanjian Linggajati 1947, adalah wilayah bekas jajahan Belanda. Wacana ini sangat menarik ditengah upaya keras pemerintah menyempurnakan Indonesia. Bagaimanapun, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dalam bahasa doktrinal tentara, sudah harga mati. Tetapi, meskipun demikian, Indonesia bukanlah pula barang jadi, atau simpul politik yang langsung diterima seratus persen oleh masyarakat yang kini menjadi kelu...

ANAK-ANAK KARANG

Oleh: Sumiman Udu Aku merenangi lautan tanpa lelah Menyusuri setiap tebing-tebing karang Menyusuri setiap jejak leluhur Yang terukir dalam cerita Pengantar tidur Ah, rupanya ruangku sudah dirampas orang Sarang-sarangku sudah di hancurkan Dan pasir-pasir itu bukan milik bersama lagi Di mana kaluku sara Dimana motika, Dimana kaindea Dimana untu, bungi dan sangia Jangan usik hidup kami, walau kami tidak berdaya! Jangan beli negeri kami di tengah kemiskinan kami! Jangan hancurkan hidup kami di tengah kebodohan kami! Hentikan, hentikan! Hentikan, kebohongan itu Sebab kami manusia Butuh, makan, rumah dan cinta-kasih Bukan nyanyian yang indah Yang keluar dari aum harimau dan longlongan sri gala Kami bersedih, sebab api yang memasak air mata Sudah hampir tumpah Memenuhi jalan-jalan,  Dan ruang-ruang pengadilan Kendari, 10 November 2010 Puisi Terkiat: Children of Reef