Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2011

REDUPNYA MATAHARI DI WAKATOBI

Oleh; Sumiman Udu               Di tengah dinginnya udara dingin kota Leiden Negeri Belanda, saya melangkahkan kaki menuju perpusatakaan Universitas Leiden, salah satu universitas kebanggaan negeri kincir angin. Di ruangan yang mendukung tumbuhnya generasi muda bangsa inilah, anak-anak Belanda banyak menghabiskan waktunya. Begitu pula dengan para guru. Mereka banyak duduk membaca dan mempersiapkan materinya sebelum mengajar. Pemerintah sangat peduli dengan masa depan generasi mudanya, membiayai kuliah, biaya hidup, serta upaya bagaimana anak-anak muda mereka dapat bersaing dengan berbagai bangsa di dunia. Guru-guru mereka diberi ruang untuk bekerja secara professional, tanpa tekanan, dan intimidasi terlebih dari pemerintah dan partai politik. Saat itulah, saya termenung, “pantaslah Negara ini bisa maju,”   saya membatin dalam hati. Ketika itu pula, tiba-tiba kerinduan saya memuncak pada kampung halaman Wakato...

Wanianse 12

Sejak pagi Waniense sudah pegi melaut, ia menelusuri karang kampungnya menuju ke arah tenggara. Ia mencari kerang-kerang dan ikan, di tangannya ada  seikat tuba, yang siap dipukulnya di atas batu-batu karang. Seperti biasa ia menggunakan tuba itu untuk memenuhi kebutuhan dirinya selama suaminya di rantau. Anak-anaknya sangar senang menjempuntya kalau ia membawa ikan-ikan kecil seperti itu. Ia melihat ibunya dulu yang selalu menemaninya mencari ikan-ikan karang di musim pancaroba seperti ini. Wanianse tetap berjalan menyusuri karang itu, tiba-tiba di depannya sudah mendarat satu speat boat dan di atasnya sudah ada beberapa petugas pantai yang menodongkan senjata ke arah Wanianse. "Anda melakukan pengrusakkan terhadap karang?" teriak lelaki itu. Wanianse langsung bingung, karena selama ini ia melakukan itu sebagai kebiasaan masyarakatnya. "Saya tidak merusak karang, saya hanya mencari ikan untuk makanan anak-anak saya." jwab Wanianse. "Pokoknya kami tahan ib...

IDENTITAS TAK GUGUR DI MUSIM GUGUR

  ( Suara Keprihatinan dari Negeri Kincir Angin )          Oleh: Sumiman Udu Memasuki bulan September-Oktober di Negeri Belanda berarti memasuki musim gugur. Sepanjang jalan-jalan Kota Leiden kelihatan menguning. Semua tumbuhan secara alamiah akan mengapdatasi dirinya karena sudah memasuki awal musim dingin. Seluruh negeri kincir angin ini seolah memasuki masa kematian, daun-daun berguguran, tumbuhan-tumbuhan mulai meranggas dengan batang yang dingin seperti es. Kanal-kanal dan jalan-jalan penuh dengan daun yang gugur pula. Namun pemandangan itu, hanya sebentar karena petugas pembersihan akan terusik dengan suasana ini. Mereka datang melenyapkan itu semua dalam sekejap. Hampir semua pinggir-pinggir kanal dipenuhi oleh orang-orang yang berjemur, menikmati sinar matahari walau suhu sudah mulai dingin, dimana di siang hari di bawah sepuluh derajat Celsius dan di malam hari suhu sudah hampir mendekati nol derajat. Sinar matahari yang kelak...