Langsung ke konten utama

Perempuan dalam Kabanti


Oleh: Sumiman Udu

Telah hadir ke hadapan Anda sebuah buku "Perempuan dalam Kabanti: TinjaunSosiofeminis. Buku menbicarakan tentang Citra Perempuan di dalam masyarakat Wakatobi yang direpresentasikan di dalam teks-teks kabanti. Di dalam buku itu, perempuan di gambarkan sebagai sosok yang berdaya dan tidak berdaya, karena, budaya banyak berperan dalam membentuk citra perempuan.

Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa perempuan Wakatobi memiliki ruang untuk tunduk dan patuh pada adat dan budaya, tetapi juga berpeluang untuk menjadi kekuatan dalam pembangunan Wakatobi ketika mereka diberi kesempatan dalam mengisi pembangunan Wakatobi. Di samping itu, mereka juga harus memilih untuk mengikuti ilmu pengetahuan dan teknologi, sebab tanpa ilmu pengetahuan, sangat sulit untuk melibatkan perempuan dalam pembangunan Wakatobi baik di dalam ruang publik maupun di ruang domestik yang menyiapkan anak-anak Wakatobi dalam memasuki dunia yang kompetetif di masa depan.

Untuk kepentingan inilah, buku ini telah mengalami cetakan ke dua, jadi saya kira, siapa pun yang peduli dengan generasinya, sebagai ibu rumah tangga atau calon ibu rumah tangga mestinya mendapatkan buku ini. di samping itu, laki-laki juga harus membaca buku ini karena buku ini layak dibaca dalam rangka membangun komunikasi dalam mebentuk rumah tangga sakinahm, mawadah, wa rahmah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGUNGKAP KETOKOHAN MUHAMMAD IDRUS

 Oleh Dr. La Niampe, M.Hum [2] 1.       Siapakah Muhammad Idrus itu? Muhammad Idrus adalah Putra Sultan Buton ke-27 bernama La Badaru (1799-1823). Ia diperkirakan lahir pada akhir abad ke-18. Dilihat dari silsilah keturunannya, Beliau termasuk keturunan ke-16 dari raja Sipanjonga; raja Liya dari tanah Melayu yang pernah berimigrasi ke negeri Buton (lihat silsilah pada lampiran). Dalam naskah ”SILSILAH RAJA-RAJA BUTON” Muhammad Idrus memiliki 33 orang istri dan dikaruniai anak berjumlah 97 orang, dua orang di antaranya terpilih menjadi Sultan Buton, yaitu Muhammad Isa sebagai Sultan Buton ke-31 (1851-1861) dan Muhammad Salih sebagai Sultan Buton ke-32 (1861-1886). 2. Nama dan Gelar             Muhammad Idrus adalah nama lengkapnya. Selain itu ia juga memiliki cukup banyak tambahan atau gelaran sebagai berikut: a.       La Ode La Ode adalah gelaran bangsaw...

Buku Tembaga dan Harta karun Wa Ode Wau dalam Pelayaran Tradisional Buton

Oleh: Sumiman Udu Dalam suatu diskusi dengan teman-teman di beberapa jejaring sosial, banyak yang membicarakan tentang harta karun Wa Ode Wau. Dimana sebagian dari mereka ada yang mengatakan bahwa harta itu masih milyaran Gulden, dan ada yang mengatakan bahwa harta karun itu tersimpan di gua-gua, ada juga yang mengatakan bahwa harta itu tersimpan di dalam tanah dan ditimbun. Berbagai klaim itu memiliki dasar sendiri-sendiri. Namun, kalau kita melihat bagaimana Wa Ode Wau memberikan inspirasi pada generasinya dalam dunia pelayaran, maka harta itu menjadi sangat masuk akal. Banyak anak cucu Wa Ode Wau (cucu kultural) yang saat ini memiliki kekayaan milyaran rupiah. Mereka menguasai perdagangan antar pulau yang tentunya di dapatkan dari leluhur mereka di masa lalu. Dalam Makalah yang disampaikan yang disampaikan dalam seminal nasional Sejarah itu, beliau mengatakan bahwa sebutan sebagai etnik maritim yang ada di Buton, sangat pantas diberikan kepada pelayar-pelayar asal kepulauan t...

Harta Kekayaan Wa Ode Wau: Antara Misteri dan Inspirasi

 Oleh: Sumiman Udu Kisah Tentang Wa Ode Wau sejak lama telah menjadi memori kolektif masyarakat Buton. Kekayaannya, Kerajaan Binisnya hingga kemampuannya memimpin kerjaan itu. Semua itu telah menjadi sebuah misteri bagi generasi muda Buton dewasa ini. Dari satu generasi ke generasi berikutnya selalu berupaya untuk menemukan harta karun itu. Dan sampai saat ini belum pernah ada yang terinspirasi bagaimana Wa Ode Wau mengumpulkan harta sebanyak itu.