Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2015

DEMOKRASI KAPITAL DAN DAMPAKNYA PADA PEMBANGUNAN Wakatobi: Sebuah Refleksi

Oleh: Sumiman Udu Timbangi la bhonto timbangi Te togo nolingka-lingkamo Renungkanlah la bhonto renungkanlah Kampung ini sudah mulai miring                                 Demokrasi merupakan sistem baru yang memberikan kesempatan kepada rakyat untuk memilih pemimpinnya. Konsep ini telah melahirkan suatu pemahaman bahwa dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep ini, walaupun tindak menggunakan istilah yang sama dengan model pengangkatan pemimpin di dalam kebudayaan Wakatobi – Buton secara kultural, tetapi sistem ini telah tumbuh jauh sebelum demokrasi berkembang di Eropa dan Amerika. Secara kultural, masyarakat Wakatobi telah mengenal pemilihan yang berlandaskan nilai-nilai budaya yang telah diturunkan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, dimana seorang pemimpin harus mampu me...

Kebudayaan Austronesia sebagai Akar Peradaban Nusantara: Ornamen pada Nekara dan Artefak Perunggu Lainnya

Agus Aris Munandar Departemen Arkeologi FIB UI I Austronesia sebenarnya adalah istilah ciptaan para sarjana ketika mereka harus menjelaskan adanya kebudayaan awal dalam masa prasejarah yang berkembang di kawasan Asia Tenggara. Bukti-bukti adanya kebudayaan masa prasejarah yang mempunyai kemiripan tersebut tersebar di berbagai wilayah di Asia Tenggara daratan, kepulauan Indonesia, Filipina, Taiwan, di pulau-pulau Pasifik hingga kepuluaan Fiji, ke barat bukti-bukti tersebut dapat ditemukan hingga Pulau Madagaskar di pantai timur Afrika. Kebudayaan Austronesia didukung oleh orang-orang dinamakan saja orang Austronesia, tentunya mereka awalnya menetap di suatu wilayah tertentu sebelum melakukan diaspora ke berbagai wilayah lainnya dalam rentang area yang sangat luas. Para ahli dewasa ini menyatakan bahwa migrasi orang-orang Austronesia kemungkinan terjadi dalam kurun waktu 6000 SM hingga awal tarikh Masehi. Mengenai tempat menetap orang-orang Austronesia pada awalnya...

Di Bawah Bayang-Bayang Ode: Sebuah Novel

Novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode" merupakan novel antropologi yang ditulis berdasarkan penelitian bertahun-tahun pada kebudayaan Wakatobi - Buton. Novel ini merupakan rekaman dari dinamika kebudayaan Wakatobi Buton selama ini. Disajikan dalam kisah cinta dua orang anak Manusia (Amalia Ode) dengan Imam yang penuh dengan lika-liku adat, pelarangan, pelanggaran, hingga sebuah permintaan yang berakhir dengan kehilangan jiwa (Amalia Ode). Mimpi pertemuan dengan seorang Mahasiswa yang memanggilnya ibu, telah memaksa Amalia Ode untuk tetap mempertahankan cintanya. Ia Bertahan sampai ia melahirkan anaknya. Perkawinannya dengan La Ode Halimu, menyadarkan La Ode Halimu bahwa perkawinan bukan hanya dilandasi oleh adat dan budaya, tetapi harus dilandasi dengan cinta dan kasih sayang. Jabat tangan bukan hanya sebagai ritual, tetapi lebih dari itu. Patah hati yang menimpa hati seorang lelaki yang memang rapuh, membuat Imam mengalihkan seluruh cintanya untuk menuntut pendidikan seb...