Oleh: La Ode Yusri Langit udara kota Bau-Bau tampak berawan. Sebentar-sebentar hujan, sebentar-sebentar berangin. Hawa waktu itu bukan main dingin sejuknya padahal siang telah jelang, waktu menunjuk pukul 11.00. Matahari tak tampak terlihat dihalang awan hitam yang bergelantungan memenuhi seluruh udara kota. Mendekati waktu berjumat, tiba-tiba hujan turun dalam gerimis. Orang-orang berlarian melindungkan diri, masuk ke masjid atau ke baruga. Tapi seorang yang lain malah berlari keluar dan menari berjingkrak-jingkrak membiarkan badan tubuhnya dikenai air yang ditumpah dari langit itu. Dalam menari berjingkrak itu mulutnya berkomat-kamit dan sesekali tampak seperti meniup sesuatu ke udara. Tak berapa lama air itu seperti surut, naik kembali ke langit. Hujan reda. Seorang yang berlari keluar itu adalah perempuan dalam pakaian adat Buton, tak terlalu tua usia umurnya. Dia adalah pawang penjinak hujan. Para Bonto dan Lakina bersama Siolimbona ...
www.pusatstudiwakatobi.blogspot.co.id